34. Hanasta

626 122 8
                                    

Bab 34: ʜᴀɴᴀsᴛᴀ

Sudah sekitar dua jam Aeris duduk di kereta kuda bersama Valendra, namun, selama dua jam pula mereka tidak ada yang membuka pembicaraan. Aeris yang sibuk melihat ke luar kereta kuda—walau hanya ada pepohonan sebagai pemandangannya dan Valendra yang hanya diam menatap lurus ke depan.

Kicauan burung menemani perjalanan mereka. Aeris menyender ke kursi di belakangnya dan memejamkan matanya. Perjalanan menuju Hanasta masih lama, bahkan, mereka belum menempuh setengah perjalanan.

Tiba-tiba Aeris merasakan guncangan, kereta kudanya berhenti. Ia langsung membuka matanya dan melihat sekeliling dengan bingung.

"Ada apa?" tanya Aeris. Valendra tidak menjawab, ia langsung keluar dari kereta kuda dan melihat apa yang terjadi.

Aeris tetap duduk diam, namun, sambil mendengarkan percakapan Valendra dengan salah satu prajurit.

"Baut salah satu roda kereta longgar, Yang Mulia. Jika kita tetap melanjutkan perjalanan, salah satu roda dari kereta kuda akan lepas," ucap prajurit itu.

"Berapa lama untuk memperbaikinya?" tanya Valendra.

"Maaf, Yang Mulia, saya tidak bisa memprediksinya."

"Kenapa kalian tidak memeriksanya sewaktu di Daniswara tadi?" Valendra bertanya dan menatap prajurit-prajuritnya.

"Maafkan kami, Yang Mulia." Para prajurit tersebut membungkukkan badan mereka serentak. Valendra hanya bisa memejamkan matanya sembari mengembuskan napasnya.

Berarti perjalanan akan terhenti? batin Aeris bingung.

"Cepat perbaiki." Perintah Valendra langsung dilaksanakan oleh para prajurit tersebut.

Valendra langsung menatap Aeris yang masih ada di kereta kuda. "Turunlah," ucapnya.

Tanpa bicara sepatah kata pun, Aeris turun dan berdiri di samping Valendra. Aeris melirik ke kiri dan kanan, hanya terlihat pohon-pohon rindang. Jika hanya Aeris yang ada di sini, sudah dipastikan ia akan tersesat.

Sekitar lima belas menit ia hanya berdiri sambil menyaksikan para prajurit yang sedang memperbaiki roda kereta kuda. Entah memperbaiki roda memang selama ini atau para prajurit itu tidak bisa memperbaikinya. Kaki Aeris mulai pegal.

Baru segini kau sudah pegal? Astaga, kau harus sering berolahraga Aeris, batinnya.

Valendra tiba-tiba berjalan menuju para dayang yang berada tak jauh dari kereta kuda. Ia membicarakan sesuatu lalu Dita memberikan sebuah kain kepada Valendra. Raja itu pun kembali lagi ke sebelah Aeris.

Valendra meletakkan kain yang ia dapat tadi di belakangnya, entah apa tujuannya, Aeris hanya diam memperhatikan.

"Duduklah." Aeris menatap Valendra lalu melirik ke arah kain tadi. Ternyata kain itu digunakan untuk alas duduk.

"Terima kasih," ucap Aeris lalu duduk di kain tersebut. Ketika sudah melihat Aeris duduk, Valendra langsung berjalan menuju para prajurit yang belum selesai memperbaiki roda.

"Apa belum selesai?" tanya Valendra menatap satu roda kereta kuda itu.

"Maaf, Yang Mulia, belum selesai," jawab prajurit itu.

"Jika sekitar lima menit lagi belum selesai, aku akan pergi sendiri menggunakan salah satu kuda kalian," ucap Valendra.

"Baik, Yang Mulia." Prajurit tersebut langsung menyuruh temannya untuk segera memperbaiki roda. Valendra langsung menghampiri Aeris yang tengah memperhatikannya.

"Jika lima menit lagi mereka belum selesai, kita pergi, menggunakan kuda," kata Valendra.

"Tapi aku tidak bisa menunggangi kuda." Aeris menjawab.

Edith: Survive in PastOnde histórias criam vida. Descubra agora