06. Adik Yang Menyebalkan

1.1K 189 40
                                    

Bab 06: ᴀᴅɪᴋ ʏᴀɴɢ ᴍᴇɴʏᴇʙᴀʟᴋᴀɴ

Pagi hari, Aeris sudah bersiap menuju pasar untuk membantu Ratna, bersama kedua saudara barunya, Arjuna dan Nalesha.

"Kau sudah mandi, Sha?" tanya Aeris ketika mencium bau tak sedap dari Nalesha yang sedang melihat barang dagangan Ratna.

Nalesha menoleh, lalu tersenyum sampai kedua matanya membentuk bulan sabit. "Belum Kak. Aku males ih, soalnya Kak Arjuna lama banget mandinya," jawabnya.

"Pantas saja bau. Mandi dulu sana!" perintah Aeris.

"Ihh Kak, sudah tidak akan keburu lagi tau. Mandinya habis pulang dari pasar saja. Pagi-pagi gini, bakal lebih banyak orang yang datang ke pasar!" Nalesha mencari alasan agar tidak disuruh Aeris untuk mandi.

"Alasan kamu. Kalo nanti pulang dari pasar lama, Kakak tinggal ya," ucap Aeris yang membuat Nalesha membulatkan matanya.

"Jangan! Janji deh bakal cepat. Sepuluh menit aja kok!" Nalesha mencoba membuat Aeris menyetujui dengan perkataannya.

"Tidak. Lima menit. Kalau lewat? Tinggal," ucap Aeris membuat keputusan yang tidak bisa diganggu gugat.

"Lima menit mah cuma ngeguyur air doang, Kak! Tujuh menit deh." Nalesha menatap mata Aeris dengan memohon. Namun sayang, keputusan Aeris sudah bulat.

"Ohh oke, tiga menit ya."

"Iya deh lima menit! Jangan dikurangin lagi." Nalesha mengela napas lelah setelah perdebatan tadi.

Tak lama dari itu, Arjuna dengan rambut basahnya keluar dari rumah. Ia langsung membawa makanan untuk berjualan nanti.

Arjuna melihat Aeris dan Nalesha yang hanya menatapnya diam. "Ngapain berdiri diam gitu? Mending bantuin," ucapnya.

Aeris akhirnya berjalan menuju Arjuna dan mengambil satu bakul lagi yang berisikan makanan. Sedangkan Nalesha hanya diam menatap kedua kakaknya itu yang sedang menenteng bakul makanan.

"Sha? Kamu kesambet apa gimana? Diem mulu," ucap Arjuna heran.

"Enak aja! Ayo deh berangkat, Ibu pasti udah nunggu kita di pasar," sahut Nalesha, lalu dengan santainya berjalan menuju pasar.

"Nalesha! Bantuin Kakak bawain bakul satu lagi hey!" panggil Arjuna.

"Kak Arjuna aja deh yang bawa! Aku jadi pengawal kalian berdua aja di depan," ucap Nalesha dengan santainya.

"Anak satu itu sepertinya tidak bisa membiarkanku istirahat dengan tingkahnya," gumam Arjuna sembari berjalan, diikuti oleh Aeris.

"Namanya juga adik, Kak. Adik yang seperti itulah yang akan membangun suasana di rumah," sahut Aeris, yang tiba-tiba teringat dua adiknya.

"Hmm ... benar, tapi menguras emosi. Kau punya adik juga, Ris?" tanya Arjuna.

Aeris mengangguk. "Bukan hanya satu, tapi dua, Kak! Mereka sangat menyebalkan, tapi aku rindu candaan mereka."

"Apa kau bisa mengatasinya? Maksudku, aku yang hanya mempunyai satu adik saja selalu dibuat emosi," tanya Arjuna.

"Bukan emosi lagi, Kak! Sudah darah tinggi aku kalau bersama mereka. Sungguh, aku lebih baik bersama Nalesha daripada harus berhadapan dengan dua adikku yang amat sangat ingin kubunuh, tapi aku sadar membunuh orang itu dosa, jadi aku tidak akan melakukannya," jawab Aeris dengan emosi diawal penjelasannya.

"Tapi kau sayang, bukan, dengan kedua adikmu itu." Arjuna tertawa setelahnya.

"Tentu saja! Walau rasa sayang ini seringkali berubah menjadi rasa ingin membunuh," jawab Aeris, lalu tertawa.

Edith: Survive in PastМесто, где живут истории. Откройте их для себя