.・゜゜・𝙎𝙖𝙩𝙪 .・゜゜・

47.9K 3.9K 467
                                    

HAPPY READING
^_______________^

Kenapa hanya kekerasan fisik yang di anggap sebagai penganiayaan dalam keluarga?

-lookism

Dengan keadaan tubuh yang bisa dibilang tidak terlalu baik, tangan kecil Vigran dengan lihai bergelut dengan alat-alat dapur. Memperkirakan setiap takaran bumbu agar tidak terlalu asin maupun hambar. Bibir mungilnya sesekali bergumam mengikuti lantunan lirik lagu yang di dengar dari earphone.

Namun, saat tengah fokus-fokusnya memasak tiba-tiba gelas kaca melayang mengenai kepalanya. Perih, pusing,itu yang dirasa. Fokusnya kini beralih pada pria paruh baya yang menatap dengan tajam dan bisa di pastikan dialah pelaku dari melayangnya gelas kaca tersebut.

Vigran melepas earphone. "Ada apa Ayah?" tanya Vigran begitu tenang. Tapi tidak dengan jantungnya yang berdebar kencang. Takut apabila pria itu melakukan hal yang lebih dari tadi.

"Kau tanya kenapa?!" Pria dengan nama lengkap Bagas Albara itu berteriak lantang di hadapan putra bungsunya -Vigran-.

"Cepat siapkan makanannya bodoh! Dasar anak sialan!" perintah Bagas diiringi makian.

Setelah mengucapkan kalimat tersebut Bagas kemudian berlalu keluar dari dapur menuju meja makan yang terdapat putra sulungnya.

"Apa anak itu belum selesai memasak?" tanya si Sulung. Pemuda 17 tahun yang kerap di sapa Vian itu menatap heran Ayahnya yang menampilkan wajah tak bersahabat.

"Belum. Malah santai-santai dia di dapur," ujarnya kesal. Mood-nya selalu buruk jika melihat wajah putra bungsunya yang di anggap sebagai pembawa sial.

Di sisi lain Vigran yang sudah selesai memasak segera meninggalkan dapur yang sudah bersih. Di tangannya terdapat dua nampan yang berisi lauk pauk untuk ayah dan kakaknya makan.

Vigran tersebut tipis kepada Bagas dan Vian, lalu meletakkan lauk tersebut di meja makan. Ia Manarik kursi untuk ia duduki. Belum sempat bokongnya mendarat dengan sempurna, suara bariton Bagas menguar dahulu membuat Vigran mau tak mau harus menegakkan tubuhnya kembali.

"Jangan membuat selera makan ku hilang hanya karena melihat wajahmu bocah sialan. Kau lupa atau bagaimana?!"

Ucapan dingin Bagas yang di akhiri pertanyaan itu sukses membuat Vigran menunduk dalam sekaligus membisu. Vigran benar-benar lupa kalau ia tak diizinkan untuk memakan apapun di rumah ini terkecuali mi instan yang sudah Bagas sediakan.

"Kenapa masih di sini? Sepertinya putra bungsuku ingin gelas kaca ini kembali melayang ke kepala mu hm?" Bagas berucap penuh tekanan membuat Vigran sadar dari kebisuannya.

Vigran menganggukkan kepala dengan terbata-bata. "I-iya, maaf sudah mengganggu."

Sebelum beranjak dari meja makan, Vigran menyempatkan untuk melirik pemuda yang lebih tua dua tahun darinya yang tidak lain merupakan kakaknya sendiri.

Vian, pemuda itu juga tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Terdapat ketidak sukaan, namun tatapan iba juga pemuda itu layangkan.

Hal itulah yang selalu membuat Vigran bingung. Vian selalu bersikap kasar dengannya, namun sang kakak juga sering menolongnya dengan embel-embel utang budi yang suatu saat harus Vigran bayar. Apakah Vian membencinya seperti Bagas ataukah tidak?

REDIGUEZ FAMILY || ENDWhere stories live. Discover now