♛27♛

15.5K 2.2K 219
                                    

HAPPY READING
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Satu Minggu berlalu setelah kejadian di mana perlakuan Albern berubah, seakan sosok rapuh yang telah menjadi bungsunya adalah hama yang membawa petaka pada keluarga. Tamparan pertama yang Albern lakukan sepertinya tak ada yang mengetahui. Entah karena Nico dan Ando yang lengah, atau Vigran yang terlalu pandai menyembunyikan lukanya.

Namun, perubahan sikap dari kedua pasangan ayah anak itu jelas di sadari oleh si sulung. Tak ada kata manis yang selalu Albern lontarkan tiap hari pada Vigran, justru hanya tatapan datar nan tajam yang ia berikan. Raut ceria serta tingkah konyol Vigran pun sangat jarang Nico jumpa. Kepala yang menunduk juga bola mata yang terus bergerak gelisah, seakan banyak pasang mata yang tengah menatap tajam dirinya.

Hingga dimana ia mulai mencari tahu tentang masalah yang terjadi. Fakta yang baru beberapa jam ia ketahui. Memakan waktu cukup lama lantaran Albern yang begitu pandai menyembunyikannya. Entah karena ingin memendam sendiri atau kerena alasan lain yang jelas tak Nico ketahui.

Jantungnya bergemuruh. Rantai kata tersusun menjadi kalimat yang memberi tahu Nico akan sesuatu hal yang tak terduga. Terus ia baca berulang kali, berharap ada kesalahan dalam kalimatnya. Namun, faktanya tidak.

BRAK!

Menggebrak meja. Jemari kekarnya beralih meremat dokumen-dokumen itu. Menghempaskan dengan kasar semua lembaran kertas di atas meja. Urat-urat di tubuhnya menonjol. Berusaha kuat menahan emosi dalam diri.

"ARGHH SIALAN!!" Kembali melempar dan membanting barang Nico gunakan sebagai pelampiasan.

"Kenapa harus Vigran ...?" Meraup kasar wajah rupawan miliknya, kemudian beralih menjambak rambut kuat-kuat. Nico bimbang juga menyesal. Tak paham jelas dengan apa yang di rasa.

Kepalanya pening memikirkan bagaimana ia harus bertindak. Benang merah yang menghubungkan antara keluarga Rediguez dengan kedua remaja malang itu benar-benar melapetaka hebat.

Masa lalu yang Nico pendam kuat dan coba ia lupakan harus kembali teringat jelas. Masa-masa dimana keluarganya dilanda keterpurukan karena kehilangan. Kesalah-pahaman selalu mengelilingi hingga sang adik pun menjadi korban.

Dan Tuhan ... Apa Nico harus merasakannya kembali?

Ia ingin masa lalu kelamnya segera berakhir, tapi sepertinya Tuhan berkali lain. Karena nyatanya ini baru awal.

Awal yang baru untuk memulai kebahagiaan atau awal untuk kepedihan yang lebih hebat dari sebelumnya.

"Jika saja kalian tak datang dan aku juga tak menerima kalian, mungkin ... Aku bisa dengan mudah menghentikan dekat jantung itu."

Punggungnya meluruh pada kursi kebanggaan. Matanya kembali terpejam disandingi bibirnya yang menggumam tanpa sadar.

"Orang benar ... Vigran, kau pembawa sial."

***

Hampa. Satu kata yang dapat mendeskripsikan apa yang Vigran rasa. Hari-hari yang minggu lalu terasa begitu menyenangkan dalam sekejap sirna tanpa ia tahu apa alasannya.

Apa karena sikapnya yang terlalu manja? Tapi bukankah Albern yang berkata padanya untuk terbuka tentang apa yang ia rasa. Vigran hanya ingin merasakan kasih sayang seorang ayah layaknya keluarga di luar sana. Ia pun mendapatkannya, dan sepertinya Vigran terlanjur nyaman hingga hampir ketergantungan.

REDIGUEZ FAMILY || ENDWhere stories live. Discover now