.・゜゜・𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙖𝙨.・゜゜・

32.1K 3.6K 179
                                    

HI IYAN KEMBALI!!

HAPPY READING
^_________________^

Mendapat kekerasan selama kurang lebih delapan tahun tentu bukan hal yang mudah bagi Vigran. Di mana Ia harus membiarkan tubuhnya terus di jadikan samsak oleh sosok yang tak lain adalah Kakak dan Ayah kandungnya.

Umur Vigran baru menginjak 7 tahun ketika untuk pertama kalinya bertemu dengan Bagas dan Vian. Sebelum itu, Vigran di urus oleh Nenek dan Kakek dari pihak Sang Bunda -Virnya.

Saat itu, bayang-bayang bisa merasakan kasih sayang dari seorang Ayah dan Kakak terus berputar di kepala. Tapi akhirnya lenyap begitu saja, saat di mana Bagas untuk pertama kali melihat wajahnya, pria itu langsung melayang tamparan keras di pipi Vigran. Dan mulai saat itu, hari-hari Vigran justru terisi oleh kekerasan dari Bagas dan Cacian dari Vian.

Tujuan Vigran saat itu terfokus untuk meluluhkan hati sang Ayah agar bisa berlaku baik padanya. Berharap bisa mendapatkan kasih sayang seperti yang Vian dapatkan. Itu pemikirannya dulu.

Namun, nyatanya semua salah. Semua spekulasi tantang Ia yang di bedakan kasih sayangnya dengan Vian ternyata salah besar. Pria bajingan itu sama saja memperlakukan kedua putranya dengan tak berperasaan.

Mulai saat itu Vigran berpindah haluan. Vigran mengganti misinya dengan meluluh hati sang Kakak -Vian. Tentu bukan hal yang mudah, apalagi mulut Vian yang bisa di bilang begitu tajam. Selalu saja Vian memberikan jawaban yang membuat Vigran kena mental.

Setelah bertahun-tahun berlalu, pada Akhirnya Vigran berhasil meluluhkan hati Vian. Terbukti dari Vian yang lebih terbuka menunjukkan kasih sayangnya. Tidak selalu bersembunyi-sembunyi dan malah membuat Vigran pusing sendiri.

Walau itu hanya bertahan tidak lebih dari tiga hari. Di saat ada sosok yang membantunya keluar dari lingkup kesengsaraan, keadaan Vian justru menurun hingga pemuda itu hampir kehilangan nyawa.

Sekarang, sudah lebih satu bulan setelah kejadian itu. Beberapa kali Vigran mendapati kabar bahwa keadaan Vian masih naik turun. Operasi yang di lakukan cukup besar, di tambah lagi keadaan Vian yang begitu buruk kala itu.

"Baby ...."

Suara berat dari seseorang yang tak begitu asing terdengar. Vigran mengerjapkan mata, keluar dari lamuan-nya.

Vigran menoleh pada si pemilik suara yang kini tengah memakan sarapannya. Senyum manis Vigran perlihatkan. "Ya, Daddy? Kenapa panggil Iyan babi?"

Albern terkekeh kecil. "Bukan babi, sayang. Mikirin apa sampai ngelamun gitu?"

Pertanyaan yang terdengar begitu lembut dari Albern di balas gelengan pelan oleh Vigran. "Ga mikirin apa-apa. Daddy, perut Iyan kaya babi, ya?" Vigran memegang perutnya yang setiap hari kian membuncit.

"Kata siapa hm?" Albern mendekati kursi yang Vigran duduki. Tanpa permisi Albern segera mengangkat tubuh pendek Vigran ke pangkuannya.

"Kata temen sekolah. Banyak yang panggil Iyan lemak babi. Padahal Iyan ga gendut kaya babi. Kata Daddy juga Iyan ga gendut kan? Cuma kelebihan lemak aja ya?" Vigran mendongak sembari mengadu pada Albern. Wajahnya terlihat begitu antusias menceritakan.

Senyum tipis terbit di bibi tebal Albern. Anggukan pun Ia berikan.

"Padahal Iyan gemesin kaya anjing." Vigran berucap lirih sembari menyenderkan kepalanya pada dada bidang Albern.

Albern tak membalas. Hanya kekehan pelan yang di jadikan jawaban.

"Daddy kenapa pakai baju rapi?" Vigran mengangkat kepalanya. Jemari bantetnya memegang kemeja yang membalut tubuh Albern.

"Daddy ada meeting penting hari ini. Baby tetap di rumah ya dengan Tomi," tutur Albern sembari memegang tangan Sang bungsu.

"Sekarang kan hari Minggu, Daddy harusnya libur kaya Iyan. Kasian banget Daddy-nya Iyan." Kedua tangannya di letakkan di sisi rahang Albern. Wajah Vigran di buat agar terlihat sememelas mungkin.

"Nanti Iyan kesepian. Tomi kaya boneka, susah di ajak bicara." Vigran menunduk kepala dengan bibir yang mencebik.

Albern yang melihat wajah memelas Vigran menjadi tak tega. Ia langsung memanggil Tomi dan berucap, "Batalkan meeting hari ini, Aku tidak akan pergi kemanapun hari ini."

Bocah pendek yang sebelumnya menampilkan senyum licik, kini terlihat membelakkan mata tak percaya. Bukan ini yang Vigran inginkan. Vigran berharap Albern akan membawanya bekerja.

"Kenapa di batalin? Nanti Daddy ga dapet duit dong." Vigran memegang kerah kemeja Albern dengan mata yang membulat lebar.

"Dad, tidak ingin putra Daddy merasa kesepian," balas Albern seraya menurunkan cengkraman jemari bantet Vigran di kerahnya. Sedikit merasa terkejut juga akan reaksi Sang Putra yang tak Albern kira.

"Kasin nanti temen kerjanya. Emang bisa di batalin gitu aja ya, Paman Tom?" tanya Vigran, mengalihkan pandang ke Tomi.

Pria berkulit putih itu tersenyum tipis. "Bisa. Tapi untuk sekarang sepertinya tidak, Tuan. Karena jika di batalkan akan memberikan kerugian yang besar," ujar Tomi, sedikit menyindir Tuannya agar berangkat kerja.

"Kerugian itu juga tidak akan membuatku bangkrut, Tom." Dengan santai Albern membalas. Tangan kanannya mengambil cangkir berisi kopi dengan tangan kiri yang menyangga tubuh Vigran agar tak terhuyung. Tetap setia dengan wajah datar andalannya.

"Tapi Tuan ... Kesempatan ini akan memberikan untung yang besar bagi pesuhaan." Tomi kembali membujuk.

Masih sama, Albern tetap kekeh tak jadi berangkat bekerja. Membuat Vigran dan Tomi rasanya ingin menangis saja.

Vigran berucap demikian agar Albern memutuskan membawanya ke kantor. Vigran tidak pernah ke kantor Albern, Ia penasaran. Pasti banyak yang menjual jajan, pikir Vigran.

"Daddy, kalau bangkrut nanti Iyan ga bisa minum susu lagi. Daddy kerja aja, Iyan temenin kerjanya!"

"Temani kerja?" Albern mengerutkan alisnya tak mengerti. Berfikir sejenak, di detik selanjutnya Albern tersenyum geli. Kini Ia paham maksud tiga kata terakhir yang Vigran ucapkan.

" Ayo Daddy, kerjanya Iyan temenin biar semangat. Engga ganggu kok, janji!"

"Kamu mau ikut daddy kerja?" tanya Albern di angguki cepat oleh Vigran. Albern langsung menerjang wajah Vigran dengan kecupan. Putranya ini pintar tapi kok polos. Tinggal bilang kalau mau ikut kerja saja repot pake drama segala.

TBC

Tandai kalau ada typo ngokey!

Ngerasa ga asing sama part ini? Iya beberapa part ke depan bakal ga jauh beda sama versi lama.

Gimana tahun barunya? Seneng, sedih, atau malah kesepian? Wkwk

Mau Double lagi? Minggu up lagi yaa♡

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN FOLLOW hehe ( ◜‿◝ )♡

REDIGUEZ FAMILY || ENDWhere stories live. Discover now