.・゜゜・𝙏𝙪𝙟𝙪𝙝 .・゜゜・

34.6K 3.6K 374
                                    

INFO : DI PART ENAM, AUTHOR TAMBAH 1300 KATA LEBIH. UNTUK YANG BELUM BACA SILAHKAN DI BACA SUPAYA NYAMBUNG DENGAN PART TUJUH. MAAF ATAS KETIDAK NYAMANAN-NYA🙏

HAPPY READING

^________________^


Motor yang di kendarai Vian dan Vigran kini sudah terparkir rapi di garasi rumah. Vian berjalan dengan langkah pelan. Vigran? Anak itu dengan anteng menempel pada punggung lebar Vian. Tangan kirinya Ia kalungkan pada leher sang kakak, sedangkan sebelah tangannya lagi menggenggam es krim yang sudah lumer ke mana-mana. Wajahnya pun cemong, begitu juga dengan area telinga dan leher Vian yang tak sengaja terkena tetesan es krim milik Vigran.

"Kakak mau?" Vigran menyodorkan bekas es krim miliknya.

"Lo nawarin gua es krim yang tinggal stik nya doang?" Bola matanya memutar malas mendengar Vigran di belakangnya tengah cekikikan.

Sampai di ruang tamu Vian menurunkan Vigran di sofa. Ia mengambil beberapa lembar tisu kemudian dengan kasar menarik tangan mungil Vigran untuk di bersihkan.

"Jangan di jilatin tolol." Di cengkram rahang Vigran untuk mengelap sisa-sisa es krim yang cemong hingga ke pipi.

"Kakak, tulang pipi Iyan sakit nih." Vigran merengek yang hanya di balasan cibiran oleh Vian.

"Apasih, cuma lemak juga yang gua pegang," balas Vian tak acuh.

Bibir Vian mencebik. Selang beberapa saat Ia menjilat sisa es krim yang masih menempel di dekat bibirnya, tak menghiraukan Vian yang berulang kali melarangnya. "Es krim nya enak loh, kakak rugi tadi ga coba." Tangannya memainkan rambut Vian selagi pemuda itu sibuk membersihkan wajahnya.

"Ga doyan. Lagian Lo anak SMA apa bocah TK sih? Makan es krim doang cemong gini." Vian membuang bekas tisu, lalu duduk di sebelah Vigran.

"Kakak lupa? Apa kita harus kenalan lagi?"

Tanpa menunggu balasan dari Vian, Vigran melompat dari kursi ke atas meja. Tak mengindahkan pekikan Vian yang menyuruhnya turun.

Terlihat Vigran membungkukkan tubuh 45 derajat di hadapan Vian. Sebelah tangannya memegang bekas stik es krim seolah tengah memegang mic.

"Perkenalkan nama Iyan, Maxi Vigran Albara. Putra bungsunya Ayah Bagas dan adik kesayangannya Kakak Vian. Umur Iyan 15 tahun sekarang udah kelas 1 EsEmA, tinggi Iyan 145km. Tadi Iyan habis traktir Kakak makan sate, terus Kakak beliin Iyan es krim banyak bange-"

"Turun sialan!" Vian dengan cepat menyela membuat Vigran langsung menghentikan sesi perkenalannya.

Menaruh kedua tangannya di sela-sela ketiak Vigran, kemudian mengangkat tubuh anak itu turun dari atas meja. Vigran jatuh ke pangkuannya. Wajah Vigran yang menghadap dada bidang Vian membuat anak itu langsung memeluk pinggang lebar Kakaknya.

"Ngapain gitu si? Jatuh nangis lagi Lo," Vian menegur sembari melipat lengan hoodie kebesaran yang Vigran kenakan.

"Biar Kakak ga lupa Iyan lagi." Vigran menarik lengannya untuk di masukkan kembali ke seragam Vian, sesekali mencubit perut sixpack itu hingga membuat ringisan pelan terdengar.

" Ya ga sampai lupa kaya gitu juga. Untung ga ada Ayah, bisa mampus Lo kalau ketahuan."

"Emang kenapa kalau ada Ayah?" Vigran memiringkan kepalanya, tak mengerti.

"Mau di pukulin lagi sama Ayah gara-gara naik meja?"

Vigran langsung menggeleng brutal. Ia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Vian. " Ga mau. Ayah galak, Iyan ga suka Ayah, Iyan sukanya Kakak."

REDIGUEZ FAMILY || ENDWhere stories live. Discover now