.・゜゜・𝙇𝙞𝙢𝙖 .・゜゜・

36.1K 3.6K 143
                                    

HAPPY READING
^_______________^

"Iyaa, Iyan lebih sayang sama mereka dari pada sama Kakak."

Paru-parunya seolah tercekat saat gendang telinganya menangkap jelas apa yang baru saja Vigran katakan. Iramanya jantungnya berdetak dua kali lebih cepat membuat dadanya bergerak naik turun tak beraturan.

Rahang Vian mengeras, tangannya terkepal erat hingga membuat otot-otot lengannya terlihat. Vian marah, tapi seolah ada tembok besar dalam hatinya yang mengatakan bahwa Ia tak mempunyai hak untuk rasa amarah itu. Vian merasa aneh, rasa amarah itu masih dapat di tahan tidak seperti biasanya.

Ada rasa lain yang singgah dan membuat perasaan Vian menjadi tak nyaman, yaitu cemburu. Ia cemburu bahkan sangat, namun tetap Vian tak bisa mengatakan.

"Gua benci sama Lo!" Hanya makian yang dapat Vian katakan.

Langkah panjangnya hendak di bawa keluar, sebelum merasakan gumpalan daging yang menahan. Vian menyentak kasar genggaman tangan Vigran dari jarinya. Matanya menatap tajam. "Mau apa Lo?!"

"Iyan belum selesai ngomong, Kak."

"Bacot!" umpatnya. Setelah itu Ia kembali melangkahkan kakinya. Tapi lagi-lagi tak jadi saat dua orang yang sangat Ia hindari justru muncul tepat di hadapannya.

"Ngapain Lo di sini?" Mata tajam Saga memandangi tubuh Vian mulai dari kepala hingga ujung kaki seolah tengah menelisik.

"Habis di tolak sama adek sendiri?" Pertanyaan yang Saga lontarkan terdengar seperti hinaan bagi Vian. Di tambah sudut bibir pemuda itu yang terangkat di iringi kekehan remeh yang di keluarkan, membuat Vian harus menahan amarahnya mati-matian.

"Diem Lo sialan!"

"Nyenyenyenye." Tawa keras Saga menguar keras. Sayangnya hanya bisa bertahan beberapa detik dikarenakan kerahnya yang di tarik paksa oleh seseorang. Lebih tepatnya Vian.

Gertakan gigi dari Vian terdengar melihat tampang pemuda di hadapannya yang terlihat begitu tenang. Saga, anak itu masih bisa tertawa pelan sembari meludah walau rasa sesak dia rasakan.

Melihat itu Vigran segera mendekat, berusaha mencegah. Namun justru tubuhnya melayang dan masuk ke gendongan seseorang.

Mahes, pemuda itu menatap datar Vigran yang membenrontak di gendongannya.

"Abang turun~" Vigran terus bergerak heboh, tak acuh pada bokongnya yang mendapat tabokan beberapa kali pertanda Mahes menyuruhnya diam.

"Tenang Dek," Sebelah tangan Mahes membelai lembut rambut legam Vigran.

"Ga bisa! Nanti ada terluk-"

Bugh

Suara keras yang berasal dari bogeman Saga mendarat tepat di rahang Vian. Pemuda itu tersenyum miring ke arah Vian yang terduduk di lantai sembari memegang rahangnya yang terasa kram.

"MAKSUD LO APA BAJINGAN!!" Vian berusaha berdiri namun justru tubuhnya terhuyung lantaran dorongan kuat di bahunya Ia dapatkan.

"Kenapa? Ga terima? Sakit? Itu yang adek gua rasain ketika dengan brengsek nya Lo gebukin dia tanpa rasa kasihan." Saga berujar penuh tekanan.

REDIGUEZ FAMILY || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang