♛𝘿𝙪𝙖𝙥𝙪𝙡𝙪𝙝𝙩𝙞𝙜𝙖♛

23K 2.7K 346
                                    

༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶
HAPPY READING

"Abang tukang pentol mari-mari sini Iyan mau beli~"

"Tidak pakai sambal,tidak pakai saos, yang banyak kecapnya."

"Pentol bulat seperti bola ping pong, jadi anak jangan suka berbohong."

"Kalau bohong, nanti gigi daddy ompong."

Vigran berhenti bernyanyinya saat netra bulatnya menangkap pemuda jangkung yang berjalan cepat menghampiri.

"Abang sini-sini, Iyan di sini!" Melambai ria pada pemuda yang tak lain adalah Mahes.

Tepat berada di depan Vigran, Mahes menangkup kedua sisi pipi berisi itu. Menciumnya singkat lalu berucap. "Lama nunggunya?"

Vigran menggeleng membuat beberapa helai rambut ikut bergoyang. "Engga cuma setengah jam doang. Tadi Iyan mau beli pentol tapi Daddy ga kasih duit," adunya mencebikan bibir.

"Lupa mungkin. Emang tadi ngga minta hm?" Mahes tersenyum seraya mengusap surai legam Vigran.

"Dari pagi Iyan ga ketemu Daddy karena kerja mulu, terus nanti pulangnya pas Iyan udah tidur. Satu Minggu Daddy kaya gitu terus." Vigran menubrukan tubuhnya pada perut Mahes, memeluk erat sang Abang.

"Daddy kerja kan buat adek." Menangkup pipi Vigran kemudian kembali memberi kecupan.

"Iya, Iyan tahu diri kok." Vigran berujar sangat pelan, namun masih dapat Mahes dengar.

"Jangan bicara kaya gitu. Kalau Daddy dengar pasti sedih loh." Mahes menatap sendu seraya mengusap pelipis Vigran yang dibanjiri keringat.

Vigran memilih diam. Terkadang ia memang lupa tahu diri lantaran sudah terbiasa dengan sikap lembut kelurga barunya. Selalu ingin dekat dengan mereka hingga lupa bahwa keberadaannya hanyalah pendatang asing yang bahkan bisa di buang kapan sang bersama Sang Kakak.

"Kita pulang ya?" Setelah mendapat anggukan dari Vigran, Mahes mengangkat tubuh berisi itu ke gendongan koala.

Vigran mengalungkan lengan pada leher Mahes. Pemuda itu tak melunturkan senyumnya yang tertuju untuk sang adik. Membuat Vigran yang melihat tertular oleh senyum manis abangnya.

"Abang jangan senyum-senyum mulu." Salah satu tangan Vigran digunakan untuk menutup bibir Mahes. Senyum dari dari pemuda itu membuatnya salah tingkah lantaran terlalu manis.

"Abang ganteng ya?" Mahes menaik turunkan alis, narsis.

"Gantengan Iyan ah, Abang jelek tapi masih jelekan Abang Dodo." Tanpa dosa Vigran mencemooh Ando.

"Abang aduin nanti kalau adek ejek Abang Dodo." Mahes memicingkan mata berniat mengancam bocah yang berada di gendongannya.

"Abang ih! Kata Abang Saga yang suka cepu mukanya kaya monyet."

Mahes melototkan mata terkejut. Bibir nya terkatup rapat mendengar sang adik yang mengatai wajahnya seperti monyet.

Sedangkan Vigran hanya menatap Mahes polos seraya memainkan kerah seragam yang pemuda itu kenakan.

Memilih abai, Mahes memasuki mobil masih dengan Vigran di gendongannya. "Adek lepas dulu, ya?" Mahes meraih lengan Vigran yang mengalung di lehernya. Berusaha melepas walau justru semakin kuat.

"Mau kaya gini aja." Vigran menenggelamkan wajah pada ceruk leher Mahes.

"Bahaya kalau nyetir sambil mangku." Mahes mengusap pipi berisi Vigran berniat memberi pengertian.

REDIGUEZ FAMILY || ENDWhere stories live. Discover now