.・゜゜・𝙀𝙢𝙥𝙖𝙩𝙗𝙚𝙡𝙖𝙨.・゜゜・

32K 3.5K 197
                                    

PART KHUSUS PERKENALKAN DENGAN ANDO
(っ.❛ ᴗ ❛.)っ

HAPPY READING
^_________________^

"Kenapa tidak memberi kabar hm?" Albern menatap tajam putra keduanya yang saat ini tengah mencuri-curi pandang kepada Vigran yang sedang menyenderkan kepalanya di gendongan koala Albern.

Selesai meeting, Albern di buat terkejut bukan main oleh kabar dari Tomi kalau Ando -putra keduanya- pulang ke Indonesia dengan mendadak dan membuat ulah, menyebabkan putra bungsunya tercebur kolam. Cepat-cepat Albern kembali ke rumah untuk melihat keadaanya putra kecilnya. Beruntung Vigran tidak sampai terserang demam, hanya terkena flu dan pilek. Tapi tetap membuat Albern khawatir.

Albern menggeram saat tidak mendapat jawaban dari Ando. "Dodo jawab Daddy kenapa tidak memberi kabar kalau kembali ke Indonesia."

Mendengar geraman Albern membuat Ando gugup, dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. " Dodo cuma mau liat adek aja..." ujar Ando membela diri.

"Bisa dengan memberi kabar kan?" Alis Albern terangkat. Tangan kekarnya menahan kepala Vigran yang hampir terhuyung ke belakang.

Decakan pelan yang berasal dari Ando terdengar. Ia menatap wajah Albern kesal. "Daddy juga si kenapa ga ngabarin kalau Dodo punya adek! Mana tadi adek cuma pake dalaman sambil main di dekat kolam kan Dodo ngiranya tuyul!" tutur Ando menggebu guna membela diri.

Albern menghela napas sabar. Benar, tak sepenuhnya Ando salah. Albern juga melakukan kesalahan karena tidak memberi kabar tentang keberadaan Vigran.

Ditatapnya wajah Vigran yang terlelap di gendongannya. Wajah anak itu terlihat sedikit pucat, pucuk hidung dan kedua sisi pipinya terdapat semburat merah alami. Vigran sedari tadi menangis, saat Albern mencoba menidurkannya di ranjang anak itu malah menangis kejer. Vigran berkata apabila tubuhnya ditidurkan hidungnya terasa mampet.

"Dad."

Albern mengalihkan pandangan ke arah Ando. Sebelah alisnya terangkat seolah berkata, 'ada apa?'

"Abang tau?" Pertanyaan yang Ando terdengar ambigu membuat Albern mengerutkan kening. Beberapa saat berfikir, akhirnya Albern tahu arah tujuan pembicaraan. Mimik wajah Albern kini tak dapat Ando artikan.

"Daddy rasa Dia sudah mengetahuinya sendiri tanpa Dad beri tahu," ujarnya seraya mengusap keringat yang bercucuran di pelipis Vigran.

"Abang bakal nerima adek kan?"pertanyaan itu sukses membuat Albern membisu. Jujur saja dia juga ragu tentang hal itu apalagi setelah kejadian masa lalu yang membuat kehidupan anak pertamanya berubah menjadi seperti sekarang.

Namun, Ia tak mungkin ikut membeberkan kekhawatirannya tentang Si Sulung yang sangat tak menyukai orang-orang asing di sekitarnya pada Ando.

Albern menatap putra tengahnya. Senyum lembut ia perlihatkan. "Pasti. Mungkin sulit untuk awalanya, tapi pasti dia akan menerima."

Tangan kekarnya terangkat, mengusap pucuk kepala si tengah yang bukan lagi bungsunya. "Jangan terlalu dipikirkan."


"Tapi-"

Hatchim

"Ugghh daddy hiks ... hidung Iyan ...."

REDIGUEZ FAMILY || ENDWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu