♛𝘿𝙪𝙖𝙥𝙪𝙡𝙪𝙝𝙡𝙞𝙢𝙖♛

23.9K 2.9K 840
                                    

HAPPY READING
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Laki-laki itu ga harus kuat, tapi harus bertanggung jawab.

-tertanda
NICO ENAK TAU.


PLAK

Jantung Vigran seolah berhenti berdetak saat telapak tangan yang biasanya selalu memberi kelembutan kini terjun bebas di pipinya dengan keras. Pandangannya berubah kosong bersamaan tubuh yang reflek meluruh. Vigran tak mau menatap wajah Albern yang ia yakini masih memandangnya penuh amarah.

Detik-detik di lorong mansion terus di isi keheningan sebelum suara dering ponsel terdengar. Albern merogoh saku kanan, dengan malas menekan tombol hijau pertanda ia menerima panggilan itu. Tanpa sepatah kata yang terucap, Albern kembali memasuki ruangan.

Dan lagi, lorong megah itu kembali senyap setelah hanya menyisakan Vigran. Kilasan kejadian beberapa menit lalu terus terulang membuat tubuh Vigran bergetar. Orang yang Vigran kira bisa menjadi tumpuan justru memberikan rasa sakit yang ia kira tak akan pernah kembali di rasakan.

Menundukkan kepala, netranya terfokus pada bercak darah di lantai. Kemudian mengalihkan pandang pada lengan kanan yang masih mengalirkan cairan merah kental berbau amis.

Vigran perlahan melepas hoodie yang dikenakan. Mengelap dengan tenang bercak darah miliknya, kemudian ia membalut lengannya yang luka dengan hoodie itu. Seolah bukan masalah besar, namun jelas pandangan Vigran terlihat sangat kosong.

Vigran kemudian bangkit dari posisinya. Tubuhnya hampir terhuyung lantaran tenaganya yang tiba-tiba hilang. Melangkahkan kaki perlahan menuju kamar. Pandangannya masih sama.

Sesampai di kamar pandangan Vigran terfokus pada bingkai foto. Ia mengambilnya lalu membawa ke kamar mandi. Di depan wastafel ia membasuh lengannya yang terdapat bercak darah.

Dari pantulan cermin dapat Vigran lihat wajahnya yang terlihat begitu sayu. Jejak cengkraman Albern juga tak main-main.

Ia menatap lekat dirinya di cermin. Seolah terdapat dua insan yang berbeda, dirinya yang terdapat di cermin terlihat tengah tersenyum remeh ke arahnya.

"Semua orang dewasa itu bajingan, semua jahat, hal yang pernah terjadi sama kita bakal ke ulang. Luka di tubuh dan batin akan terus di rasakan."

"Capek hm? Ayo pergi ... ga ada yang perlu diperjuangkan lagi."

Wajah Vigran terlihat terkejut saat dirinya yang lain mengulur tangan ke arahnya. Vigran ingin meraihnya, namun seolah ada yang menahan membuat ia tak dapat melakukan.

"AYAH AMPUN! SAKIT AMPUN! Ayah, Iyan janji ga akan nakal. Ampunin Iyan ...."

"Bocah sialan sepertimu itu pantas mendapatkan hal ini!"

DUGH

DUGH

Tak ada rasa iba dari diri Bagas mendengar raungan kesakitan putra bungsunya. Besi panas di tangannya terus dihantamkan pada punggung sempit itu. Beberapa kali Bagas menampar wajah Vigran lantaran kesal dengan rengekannya.

"Ayah ... sakit, Iyan mohon ini sakit ... tubuh Iyan sakit ...." Vigran merangkak cepat memeluk kaki Bagas meminta keras untuk menghentikan hukumannya.
"Sakit ... punggung Iyan sakit. Iyan mohon berhenti ...." Matanya terpejam erat menahan rasa panas dari besi itu yang menjalar tubuhnya.

REDIGUEZ FAMILY || ENDWhere stories live. Discover now