♛31♛

13K 1.8K 87
                                    

HAPPY READING
^_________________________^










CKITT

Suara decitan ranjang terdengar lantaran gerakan keras yang Albern lakukan. Raut wajah bingung begitu kentara tercetak apik dirupa tampannya. Deru napas yang tak teratur, serta pelipis yang dibanjiri keringat jelas menandakan pria itu baru saja mengalami bunga tidur yang tak mengenakan. Entah apa.

Albern menundukkan wajah cepat. Menarik napas panjang dengan wajah yang memerah. Menahan tangis saat mendapati sang putra kecil yang terlelap di bawah bersandarkan bibir ranjang sebagai tumpuan.

Buru-buru turun ranjang. Tanpa jeda langsung menarik tubuh ringkih itu dalam dekap hangatnya. Menahan kepala si bungsu pada dada. Bulir bening yang sebelumnya menggenang di pelupuk mata mulai meluruh deras tanpa diminta.

"Eunghh se-sesak." Rengekan pelan dari si kecil tak membuat Albern mengendurkan pelukan.

Vigran, sosok dalam dekapan Albern itu mengerjapkan mata perlahan. Mencoba memahami situasi. Terbangun dan langsung mendapati hal seperti ini.

"Daddy kenapa? Kepalanya masih pusing?" Vigran coba mengurai pelukan, tapi pria itu justru semakin mengeratkan. Isak tangis yang terdengar dari pemilik suara berat itu semakin terdengar.

Degup jantung yang berdetak dua kali lebih cepat dari cara kerja yang seharusnya membuat Vigran merasa tak tenang dalam pelukan.

"Baby, sorry ... I'm so sorry. Maaf, Daddy ingkar."

Satu kalimat yang menjadi pembuka terdengar lirih menusuk indera pendengaran Vigran. Mencoba mencerna beberapa kata yang teringat apik diingatannya. Vigran terdiam sesaat bersamaan dengan pelukan Albern yang perlahan mengurai.

Vigran mendorong pelan dada Albern, bermaksud melepas dekapan. Jemari kecilnya menangkup wajah sembab Albern.

"Daddy kenapa nangis? Kepalanya masih pusing, mau Iyan pijit?" Vigran mengelap lembut pelipis Albern yang dibanjiri keringat. Wajah khawatir amat kentara pada wajah manisnya.

Begitu telaten. Perlakuan manis itu tak luput dari pandangan Albern. Merasa tak percaya, bahwa sosok yang tengah memberi perlakuan lembut ini adalah sosok sama yang baru ia beri tamparan keras di pipinya.

Netra tajam Albern kembali memanas. Kilas dari mimpi buruk kembali terulang jelas bak kaset rusak yang menggerogoti memorinya. Tercampur dengan rasa sesal saat mendapati rona merah yang dihiasi lecet kecil diarei pipi si kecil.

Lengan kekarnya terangkat perlahan, menyentuh pipi Vigran pelan. Begitu hati-hati, namun nyeri yang tak bisa ditahan membuat Vigran meringis tanpa sadar.

"Sshhh perih, no Daddy." Vigran menahan lengan Albern seraya menggeleng kepala, memberi isyarat agar tak kembali bertindak sama.

Albern menggigit bibir bawah kuat, menahan isakan. Dua sorot mata yang bertolak belakang itu bertemu. Beberapa detik salah melempar pandang. Sebelum Isakan diiringi rancuan yang terdengar bergetar memecah keheningan.

"Kenapa ... kenapa ... hiks Kenapa kau tidak membenciku? Aku tahu ini sakit, seharusnya kau kecewa pada pria berengsek ini. Kenapa justru malah di sini ...?"

Vigran terdiam. Menatap kosong Albern yang menangis kencang. Lengan kekar itu, Albern jadikan untuk menutupi wajah yang kini jelas dibanjiri lelehan bening.

REDIGUEZ FAMILY || ENDDove le storie prendono vita. Scoprilo ora