.・゜゜・𝘿𝙚𝙡𝙖𝙥𝙖𝙣.・゜゜・

31.8K 3.5K 363
                                    

HAPPY READING
^________________^

"Sama sekali tidak ada niatan untuk memisahkan kalian seperti yang kau pikirkan. Hidup bersama pria bajingan itu hanya akan membuat kalian menderita. Setidaknya beri Aku kesempatan untuk memberi setitik kebahagiaan untuk kalian."

"Bertahanlah sebentar dan lakukan seperti yang sudah direncanakan. Aku tahu kau anak yang kuat. Jangan ragu ... bukankah Tuhan menciptakan kalian untuk bersama?"

Seperti itulah kalimat dari pria yang beberapa saat lalu Vian temui. Seolah menjadi sebuah harapan besar dalam diri agar kembali ke jalan untuk mencapai kebahagiaan.

Jujur saja, Vian lelah menuruti ambisi Bagas untuk menjadikannya sempurna. Dalam benak ada rasa ingin bebas layaknya orang-orang di luar sana. Bahagia bersama keluarga yang utuh, itu mustahil bagi Vian dan Vigran. Maka, bahagia menjadi adik kakak lah tujuan utama mereka.

Rintik hujan yang mengguyur serta gemuruh petir yang saling bersahutan seolah menyoraki Vian untuk terus berlari tanpa henti. Di sepinya jalan lantaran waktu menunjukkan tengah malam, Vian justru terus membawa lari kakinya tanpa memedulikan nyeri luar biasa di dada kiri.

Dalam hati mengumpati sosok pria tadi yang menurunkannya di tengah jalan dengan alasan 'agar rencana berjalan dengan lancar'.

"Tahan sebentar please ... kali ini tolong ... gua mohon terkahir kali ... setelahnya terserah lo mau nyerah gapapa." Vian memohon dalam hati, berharap jantungnya bisa di ajak kerjasama untuk yang kesekian kalinya.

Hingga lima menit berlalu. Kaki jenjangnya telah sampai di depan gerbang tempatnya tinggal. Jejeran mobil berwarna hitam sudah terparkir rapi di halaman depan. Sama sekali tak merasa heran atau terkejut. Karna nyatanya ini sudah dalam masuk ke alur yang di rencanakan.

Vian berjalan tertatih sembari memijat dada kirinya yang terus berdetak tak sesuai cara kerjanya. Tangannya dengan gemetar memegang kenop pintu. Perlahan pintu terbuka bersamaan dengan irama jantung yang berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

Tubuhnya meluruh lantaran kakinya tiba-tiba tak bisa menumpu tubuh. Matanya memanas melihat pemandangan di depannya. Aliran darah ada di mana-mana, dan yang menjadi fokusnya kini adalah dua sosok laki-laki berbeda umur yang berada beberapa meter di hadapannya.

"Vigran." Sang pemilik nama sama sekali tak menyahutinya.

Langkahnya perlahan Vian bawa maju tak peduli akan orang-orang berpakaian serba hitam yang memandangnya dalam diam.

"Vigran!" Vian kembali bersuara setelah berada depan di hadapannya. Ia ikut meluruhkan tubuh.

Kini ada respon dari si pemilik nama. Vigran mendongak. Cairan bening mengucur deras dari pelupuk mata dengan isakan keras yang terdengar begitu menyakitkan.

Dengan gerakan cepat, Vigran memeluk tubuh Vian se-erat mungkin bersamaan dengan tangisnya yang semakin pecah. "Kakak ... Ay-ayah berdarah ... mereka buat ayah berdarah ... Ayah pergi ... Ayah ga mau dengar panggilan Iyan ...." Vigran meraung di pelukan Vian.

Tak kuasa menahan tangis melihat tubuh Sang Ayah terkapar dengan kepala yang sudah berlubang. Darahnya mengalir tanpa henti dan membuat genangan cairan merah pekat di sekitar tubuh pria itu.

REDIGUEZ FAMILY || ENDWhere stories live. Discover now