.・゜゜・𝙎𝙚𝙥𝙪𝙡𝙪𝙝.・゜゜・

33.6K 3.7K 409
                                    

HAPPY READING
^________________^

Vigran mendongakkan kepala, menatap kosong gelapnya malam tanpa bintang. Entah mengapa malam ini tidak seperti malam biasanya. Langit yang kelabu dan bulan yang tertutup awan mendung.

Vigran memundurkan langkahnya, menjatuhkan bokongnya di ayunan yang berada di balkon. Ingatannya kembali sewaktu tadi siang, ketika pertanyaan yang dia lontarkan dijawab oleh pria yang sekarang menjabat sebagai Daddy nya.

Jujur saja Vigran nyaman, bahkan dengan senang hati bisa menerima semua kasih sayang yang Albern berikan. Apalagi setelah rentetan kalimat yang terucap begitu menyentuh keluar dari mulut Albern tadi siang. Lihat saja bahkan sekarang dia diberikan kamar mewah yang luasnya berkali-kali lipat dengan kamar lamanya.

"Kenapa...kenapa bunuh keluarga Iyan?"

Mendengar pertanyaan dari putra kecilnya Albern tersenyum tipis. Menegakkan tubuh, kemudian mengangkat tubuh Vigran ke gendongan. Vigran diam, bukan waktu yang tepat untuk memberontak. Kaki panjangnya, Albern bawa menuju gazebo di belakang mansion.

"Ada dua hal yang membuat Dad harus melenyapkan Pria itu."

Vigran semakin menajamkan pendengarannya mendengar kalimat yang baru saja keluar dari bibir tebal Albern.

"Vigran ...." Panggilan Albern begitu terdengar lembut di telinga Vigran.

Kepalanya mendongak dengan kedua alis yang terangkat. "Ada apa?" tanya Vigran sembari menikmati usapan tangan kekar Albern di rambutnya.

"Seorang pria sejati harus menetapi janjinya bukan?" Albern balik bertanya membuat Vigran mengerutkan kening, heran.

Vigran menggaruk pipi kanan, merasa bingung dengan pertanyaan yang diberikan Albern sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang tadi dia tanyakan. Tapi tak ayal Vigran menganggukan kepala, membenarkan kalimat yang Albern ucapkan.

Kerutan di dahi Vigran semakin tercetak jelas melihat Albern yang memanggil bawahannya -Tomi- untuk mengambilkan sesuatu yang ternyata adalah secarik kertas. Albern menyodorkan kertas tersebut dihadapan Vigran. Dengan ragu Vigran mengambil lalu membukanya perlahan.

Detik itu juga, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari cara kerja seharusnya. Netranya masih terfokus pada rangkaian kalimat yang tertulis di kertas.

Hingga beberapa detik selanjutnya, Vigran menyorot Albern dengan wajah ketidak sukaannya. Mulutnya terbuka, ingin mengucapkan berbagai kata makian atas ketidak masuk akalan dengan kalimat-kalimat yang tersusun di kertas. Tapi harus terpotong oleh Albern yang terlebih dulu membuka suara.

"Itu memang kebenarannya ... di perusahaan Daddy sudah ter-kontrak, apabila melakukan penghianatan maka konsekuensi nya adalah kematian. Dan ternyata ayah mu melanggar perjanjian tersebut." Albern menjelaskan begitu tenang.

Sedangkan Vigran, wajah anak itu sudah memerah menahan amar. Napasnya memburu dengan mata yang terasa memanas.

Vigran tidak akan pernah bisa menerima kenyataan bahwa Ayahnya meninggal hanya karena perjanjian yang menurutnya tidak masuk akal. Dengan segera Vigran bangkit dari pangkuan Albern, tapi lagi-lagi ia kalah cepat. Pria itu terlebih dahulu menahan bahunya saat hendak melangkah pergi.

"Look at Daddy!" Vigran menghiraukan titahan Albern dia malah membuang pandangannya ke sembarang arah.

"Kau tau alasan keduanya hm?"

REDIGUEZ FAMILY || ENDWhere stories live. Discover now