♛32♛

13.9K 1.7K 124
                                    

HAPPY READING
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶


Langkah yang berasal dari tungkai panjang Albern berjalan pelan, berusaha memberi kenyamanan pada insan yang berada dalam gendongan. Sesekali memberi kecupan pada pelipis hangat Vigran.

Detak jantung masih bekerja dua kali lebih cepat dari biasa. Usai mimpi buruk yang dialami, Albern belum sepenuhnya melepas rencana yang telah ia titipkan pada Tomi -bodyguard pribadi- Pria itu belum mengabari apapun. Harapan Albern pria itu gagal dalam rencana yang ia buat.

Tarikan napas panjang terdengar sebelum kaki yang beralasakan pantofel itu memasuki kamar berwarna arna baby blue yang mendominasi.

Albern merebahkan perlahan tubuh kecil itu pada ranjang. Bergumam pelan saat si bungsu melenguh tak nyaman. Usapan lembut Albern berikan pada surai hutan Vigran, yang berhasil membuat si empu kembali lelap.

Albern mengedarkan pandang. Mengamati berbagai pigura yang menempel pada dinding kamar. Albern mengingat jelas, ia dan si kecil yang menghias bersama kamar ini.

Bahkan foto pernikahan dengan mendiang istri, Vigran pajang di sini dengan ukuran yang cukup besar. Katanya, agar Vigran terus mengingat sosok wanita cantik yang begitu beruntung mendapat pria hebat sepertinya.

Ya, sebegitu hebat Albern dimata Vigran.

Namun, nyatanya Albern hanyalah pria egois yang membutuhkan pelampiasan untuk rasa kehilangan. Menyalahkan tanpa tahu kebenaran. Apakah sosok itu pantas mendapat kekerasan atau sebaliknya.

Fokusnya kini beralih pada pintu kamar mandi yang terbuka. Bangkit, melangkah pelan memasuki. Tubuh Albern meluruh cepat. Membekap kuat mulutnya, menahan raungan agar tak terdengar keluar.

"ARGH!! YA TUHAN, apa yang sudah aku lakukan ...?!" Suaranya bergetar hebat, tak percaya dengan yang baru ia lihat.

Netra Albern berkaca. Menjambak kuat Surai sedikit pirang miliknya. Tak menduga bahwa trauma Vigran akan kambuh separah ini.

Cairan merah berbau amis masih menggenang diarea gagang shower. Pecahan kaca di mana-mana yang dihiasi bercak darah si kecil.

Rasa sesal seolah tak cukup menjadi tamparan untuk Albern. Dan, ia tahu itu.

Dengan bergetar, Albern kembali mendekati ranjang Vigran. Menggenggam salah satu jemari kecil Vigran dan memberi banyak kecupan pada punggung tangan. Menahan kuat isakan, ia tak mau tidur si kecil terganggu.

"Maaf, Daddy jahat pada adek. Daddy ingkar dan merusak semua."

Tangisnya semakin tak karuan saat menyadari perban diarea pergelangan tangan. Ia ingat, bahwa kuku jarinya sempat melukai lengan Vigran.

"Harus bagaimana untuk kembali menyembuhkan ini ...," lirihnya.

"Tidak ada."

Suara berat seseorang dari arah pintu membuat Albern langsung menolehkan wajah. Sedikit melebarkan mata, tak menyadari bahwa putra sulung itu mengamati sedari tadi.

Namun, belum sempat berfikir dengan rasa terkejutnya. Tubuh Albern oleng oleh hantaman keras yang berasal dari kepalan tangan Nico.

BUGH

BUGH

BUGH

BUGH

Albern tak mencoba menghindar. Ia pantas mendapatkan ini. Tahu, bahwa Nico merasa kecewa pada tindakan Albern yang memacu trauma berat Vigran. Ekor matanya melirik Vigran. Bukan, ia bukan mencari bantuan. Tapi, memeriksa takut si kecil terganggu oleh suara yang Nico keluarkan.

REDIGUEZ FAMILY || ENDWhere stories live. Discover now