♛30♛

15.6K 1.8K 277
                                    

Baca ini sambil dengerin lagu muak rasanya enak bgt wkwk

HAPPY READING
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶







"Vigran!"

Suara berat dari Jammy terdengar samar dari arah luar ruangan, membuat ke tiga laki-laki dewasa itu menoleh cepat ke arah pintu. Terlebih, mendengar bodyguard itu menyebut nama seseorang yang tengah mereka bicarakan.

"Bocah sialan! Kau menguping heh?" Albern mendekati Vigran yang terdiam. Hendak menarik kasar, sebelum lengan kekar seseorang menahan.

"Bukankah tidak baik membuat keributan tengah malam, Tuan Albern." Jammy selaku pelaku, menahan tubuh Vigran dalam dekapannya. Dapat ia rasakan degup jantung bocah itu yang berdetak cepat di perutnya. Ia beralih menatap Ando yang kini menatap terkejut ke arahnya.

"Dan kau, Alando. Jangan membuat khawatir dengan pergi tanpa membangunkan ku," tuturnya merasa resah.

Ando memutar bola matanya malas. Apa Jammy tak menyadari situasi, atau hanya berpura-pura bodoh untuk menghentikan perdebatan ini. "Jam, gue cuma ga mau ganggu waktu istirahat,Lo" tuturnya membela diri.

"Alasan. Itu tugasku."

Bibir merah muda itu terbuka, hendak membalas. Urung lantaran suara lirih Vigran terdengar.

"Daddy," panggil Vigran. Ia melepas pelukan Jammy perlahan. Netra sayu yang terlihat kosong itu menatap pasang mata tajam Albern.

"Kembali ke kamar mu, Vigran. Jangan ikut campur-"

"Di mana kakak." Vigran berucap cepat, menyela Albern. Tak ada takut dalam tatapan itu, hanya kosong. Seolah tak ada lagi harapan pada dekap hangat dari sosok pria di hadapannya.

"Jangan bawa pergi kakak dari Iyan ...." Lengan kecil itu mencoba meraih ujung kemeja yang Albern kenakan, walau berakhir sentakan kasar yang pria itu lakukan.

"Iyan dengar semua. Bunuh Iyan jika Daddy ingin membunuh Kakak. Buang Iyan bersama Kakak jika Daddy ingin membuang kita. Iyan tidak apa asal tetap bersama kakak."

Vigran terdiam sesaat. Menarik napas dalam sebelum kembali berujar pelan.

"Tapi ... bagaimana dengan janji yang pernah Daddy beri. Daddy bilang akan membuat Kakak kembali pada Iyan. Daddy bilang akan melepaskan Kakak dari kekangan. Dan Daddy bilang ... akan memberi kebahagiaan pada Kakak dan Iyan."

Entah mengapa netra Vigran terasa memanas saat dengan tak tahu diri ia menagih janji pada sosok yang sudah enggan menerima ia di sini.

Namun, mengapa Albern diam. Sang abang pun begitu. Mengapa tak ada yang membantah ucapannya. Yang justru membuat Vigran hampir kembali memberi harap pada mereka.

"Kenapa ... kenapa harus memberi harapan kalau akhirnya kalian mengecewakan?" Vigran menjeda ucapannya. Lalu menggeleng pelan.

"Ahh ... tidak. Sedari awal memang seharusnya Iyan tidak menaruh perasaan pada kalian. Karena seharusnya Iyan sadar diri, apa yang kalian harapkan dari sosok pembawa sial ini."

Bibir bawahnya ia gigit kuat-kuat. Air matanya mengalir deras tiba-tiba membuatnya menunduk dalam sembari menahan isakan. Vigran tak ingin terlihat lemah. Ia harus mendapat informasi pasal kakaknya yang kini tak pernah ia tahu keadaannya.

REDIGUEZ FAMILY || ENDWhere stories live. Discover now