.・゜゜・𝙀𝙣𝙖𝙢𝙗𝙚𝙡𝙖𝙨.・゜゜・

27.5K 3.3K 220
                                    


HAPPY READING

^_________________^

Selesai berkeliling komplek dan berjemur di taman, Ando tiba-tiba menyuruh untuk bergegas pulang. Ini atas kemauan Albern karena ada hal penting yang harus di bicarakan. Vigran yang tak mengerti apa-apa hanya bisa menurut.

Kini mereka sudah berada di garasi mansion untuk meletakkan motor milik Ando. Di sana terlihat jelas mobil yang tadi pagi di pakai Albern untuk berangkat kerja sudah terparkir rapi di jejeran mobil lainnya.

Vigran setengah berlari guna menyamakan langkah panjang milik Ando. Sesampainya di ruang tengah Ando menghentikan langkah. Membalikkan tubuh menghadap Vigran dan berujar. "Adek sama Paman Tomi dan Jammy dulu ya?"

"Kakak mau kemana?" Dengan sebelah tangan yang di gandeng oleh Jammy, Vigran bertanya pada Ando.

"Mau ke atas, cuma sebentar. Nanti main lagi sama Abang ya." Ando mengecup sekilas pelipis Vigran.

Tanpa menunggu Adiknya memberi jawaban, Ando langsung melongos pergi. Perasaannya mendadak tak enak saat Albern yang tiba-tiba memanggilnya untuk pulang.

"Jammy, ada apa? Kenapa Abang kaya gitu?" Vigran cukup peka melihat raut khawatir pada Ando yang kentara.

"Tidak ada apa-apa. Hanya urusan orang dewasa." Jammy mengangkat tubuh majikan kecilnya ke gendongan koala.

"Orang dewasa selalu kaya gitu ya?" tanya Vigran seraya memainkan rambut hitam Jammy.

Pria yang memiliki rupa mirip dengan Tomi itu mengangguk, lalu membawa Vigran untuk menonton televisi. Tak berselang lama, hanya beberapa menit berlalu anak itu tiba-tiba membuka suara.

"Paman Tom sama Jammy di sini aja ya, badan Iyan lengket mau mandi lagi."

***

Dengan langkah pelan Ando memasuki ruang kerja Albern. Pemandangan pertama yang Ia lihat adalah Albern yang duduk di kursi kerjanya. Ia berjalan mendekat, masih dengan netra yang terfokus pada Daddy-nya. Sorot mata pria itu terlihat datar dan lebih tajam dari pagi tadi ketika sarapan.

"Daddy," panggil Ando lirih yang sama sekali tak ada sahutan.

Ando mengikuti arah mata Albern yang seolah tengah menunjukkan sesuatu. Di detik itu, pupil matanya melebar sempurna saat mendapati sosok yang sudah lama tak ia jumpa. Beberapa detik selanjutnya tubuh Ando terasa kaku, mulutnya pun membisu.

"Bang Nico ...." Suaranya tercetak dan terdengar pelan. Walau begitu, pemuda yang di tuju tetap bisa mendengar. Hanya raut datar yang laki-laki itu tampilkan.

Langkahnya Ando bawa mendekat secara perlahan. Senyum tipis terbit kala sosok yang ia rindukan benar berada di hadapannya. "Abang baru datang?"

Ia berjongkok di hadapan Sang Abang -Nico- yang tetap memfokuskan mata ke depan. Lebih tepatnya Albern.

"Abang tau? Dodo punya adek, sekarang Dodo udah jadi Abang." Senyum manis setia terpatri di bibir merah alaminya. Walau jawaban dari sang Abang tak kunjung Ando dapatkan.

Laki-laki berusia 23 Tahun itu justru tertawa hambar kemudian menatap Albern datar. Membuat Ando yang mendengar mengerutkan alis, heran. Hingga satu kalimat dari bilah bibir Nico terdengar membuat senyum Ando seketika pudar.

REDIGUEZ FAMILY || ENDWhere stories live. Discover now