.・゜゜・𝘿𝙪𝙖 .・゜゜・

37.4K 3.7K 84
                                    

HAPPY READING
^_________________^

Alis Vigran mengkerut bersamaan dengan lenguhan yang terdengar dari bilah bibir mungilnya. Kelopak matanya perlahan terbuka begitupun dengan tangannya yang terangkat untuk mengucek pelan matanya yang terasa gatal.

Setelah merasa lebih baik Vigran meliarkan pandangan ke kamar. Bibirnya seketika terkatup rapat saat melihat Vian yang masih berada di kamarnya. Pemuda itu sudah tak berada di sampingnya melainkan duduk di kursi belajar dengan puluhan buku di atas meja.

Vigran melirik nakas yang terdapat piring berisikan nasi dan lauk yang Vian bawa. Benar, Ia belum memakan apapun. Setelah memasuki kamar Dia langsung tertidur di dampingi Vian. Namun sekarang rasa lapar itu sudah hilang di ganti rasa penasaran tentang kegiatan Vian.

"Kakak...." panggil Vigran dengan suara pelan.

Vian menghentikan gerak tangan yang menari di atas buku. Ia menolehkan kepala ke belakang. "Udah bangun Lo?"

Vigran mengangguk pelan. Ia turun dari ranjang, hendak mendekat pada Vian. Sedikit susah lantaran tubuhnya yang masih terasa sakit.

"Mau ngapain sih?" tanya Vian.

Vigran menarik sedikit kedua sudut bibirnya. "Kakak udah bangun dari tadi?" Vigran balik tanya. Ia sudah berada di belakang tubuh Vian yang terduduk di kursi.

"Kebiasaan! Setiap gua tanya selalu aja balik tanya." Memutar bola matanya malas. Vian menyentil keras jidat Vigran membuat anak itu meringis pelan.

"Pasti capek. Iyan pijitin ya?" Tanpa menunggu jawaban dari Vian, tangan yang hampir di penuhi lebam itu mulai memijit bahu lebar sang kakak. Walau hanya bertahan beberapa detik lantaran Vian yang langsung menghindar.

Mengerutkan keningnya tak suka. Vian menatap sinis Vigran. "Lo mau apa sih?"

"Mau pijitin kakak," balasnya polos.

Vian bercedak sebal." Duduk sini, gua mau ngomong," katanya sembari memegang lengan kecil Vigran.

"Duduk di mana? Kakak kan udah ngomong."

Mendengus kesal, Vian mengalungkan lengannya di pinggang Vigran. Dengan gerakan kasar Ia langsung menarik tubuh sang adik agar duduk di sebelah pahanya.

Tubuh Vigran meringsut. Ujung matanya melirik Vian. Pemuda itu terlihat kembali fokus ke buku-bukunya membuat Vigran heran. Bukankah kakaknya bilang akan mengatakan sesuatu padanya?

"Kakak ... katanya mau ngomong?" Vigran memberikan diri untuk bertanya.

Vian melirik sekilas kemudian melanjutkan kegiatannya mengerjakan ratusan soal yang harus ia selesaikan. "Ga jadi, gua lupa mau ngomong apa, temenin gua belajar aja."

Awalnya Vigran ingin menolak namun tak jadi lantaran Vian yang justru mencengkram pinggangnya. Ia hanya bisa diam menunggu Vian menyelesaikan tugasnya yang entah kapan bisa di selesaikan.

Hingga tiga puluh menit berlalu, Vian belum menyelesaikan tugasnya, masih sekitar seratus lebih soal yang belum di selesaikan. Merasa otaknya harus di istirahatkan Vian menunda sebentar aktivitasnya kemudian menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi.

REDIGUEZ FAMILY || ENDWhere stories live. Discover now