♛36♛

13K 1.2K 262
                                    

HAPPY READING
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶


Hari dimana keluarga besar Saga dan Mahes melangsungkan acara besar akhirnya tiba. Hal-hal sudah dipersiapkan dengan matang di setiap masing-masing dari keluarga mempelai.

Tak hanya itu, para undangan juga mempersiapkan diri untuk mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadiri acara tersebut. Salah satunya keluarga kecil Albern yang kini tengah sibuk mengejar waktu berusaha tak terlambat.

"Daddy Iyan ngga mau pakai baju ini, jelek bangettt!"

Vigran yang masih dalam bedongan handuk itu terus menghindari Albern yang akan memakaikan setelan pakaian formal. Menggulingkan badan ke pojok ranjang berusaha agar Albern tak mampu meraihnya.

"Sayangnya Daddy, sini dong. Nanti telat loh."

Albern membujuk dengan sabar. Ia mengangkat tubuh bulat Vigran agar berdiri di tepi ranjang. Sedikit memberi paksaan saat membaluri minyak dan bedak bayi pada tubuh si bungsu. Anak itu terus bergerak gusar.

"Daddy aja belum pakai baju, nanti Daddy loh yang telat."

Vigran memajukan bibirnya menatap Albern yang masih menggunakan handuk di pinggang. Pria itu kini bertelanjang dada memamerkan tubuh kekarnya.

"Kan tinggal pakai baju, adek juga belum sarapan. Abang sama Kakak udah di bawah nungguin adek," beri tahu Albern seraya memakaikan kemeja putih pada Vigran.

"Perut Iyan jadi keliatan buncit kalau pakai ini, Iyan ngga suka ah."

Vigran masih dengan tampang bebek nya menatap tak minat setelah yang sudah terpakai apik di tubuh kecilnya. Yang mana tak terlalu Albern hiraukan, biarkan saja bungsunya mengomel tak suka. Nanti juga lelah sendiri dan mood nya membaik saat sudah mendapatkan jatah susunya.

"Iyan jadi keliatan gendut sih, Daddy gimana si cariin bajunya."

Vigran menabok pelan wajah Albern saat pria itu memperlihatkan penampilannya di depan cermin full body. Saat jas yang ia kenakan tak dikancing, perutnya yang membelendung benar-benar terlihat jelas.

"Memang gendut, mau bagaimana lagi." Albern bergumam sangat pelan seraya tersenyum paksa. Sabar-sabar saja, si bungsu kesayangannya belum minum susu jadi agak menyebalkan.

"Kasian kakak udah pilihan baju, masa adek mukanya ditekuk mulu si, hm?"

Memang benar, kedua putra tengahnya berkolaborasi memilih pakaian yang akan dikenakan untuk hari ini. Mumpung sedang akur, jarang-jarang seperti itu. Biasanya. Ando dan Vian hanya akur jika meledek Vigran saja. Selain itu hanya di isi dengan adu debat.

"Kakak yang pilih baju? Pantes bagus. Iyan suka bengetttttt."

Wajah Vigran berubah drastis begitu tahu baju yang ia kenakan merupakan pilihan Vian. Anak itu langsung mesem-mesem sendiri seraya memeluk diri sendiri, memeluk baju yang ia kenakan.

Albern menatap Vigran gemas. Lihat saja kelakuan bontotnya itu saking bucinnya pada sang kakak. Membuatnya tak sabaran langsung mencium gemas pipi si kecil.

"Kakak mulu si, Daddy dilupain ya sekarang eumm!!" Albern mengapit gemas pipi si kecil yang hampir tumpah. Membuat pekikan geli dari si empu, yang justru membuat Albern semakin gemas.

"Iyan kan sayang kakak. Iyan juga inget Daddy kok. Daddy Aben!!" Vigran memekik kecil dalam gendongan depan Albern. Tangan kecilnya bertengger di pundak sang Daddy.

"Daddy Albern bukan Aben." ralatnya.

"Aben!" Vigran kekeh memekik dengan kepala yang menggeleng-geleng.

REDIGUEZ FAMILY || ENDWhere stories live. Discover now