31. Festival : Parade Para Bintang (a)

1.2K 345 54
                                    

Merayakan kematian dan segala yang kembali dirunutkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Merayakan kematian dan segala yang kembali dirunutkan.

***

Raya memejamkan mata, merasa kepalanya ditimpa beban seberat gunung ketika mengingat tatapan cowok itu. Kenapa dia tidak diam saja? Kenapa dia mesti terlibat lagi dengannya? Kenapa Raya tidak memperhitungkannya sebagai variabel pengganggu sedari awal?

Ia meneguk ludah, menatap pantulan di depannya yang meredup seperti lilin tertiup angin. Rambutnya yang biasa digerai kini diikat pita hitam. Ia sisihkan poni yang jatuh sampai di bawah dagu, membuatnya benar-benar serupa dengan sosok yang tertawa-tawa di belakang punggungnya.

"Kakak kaya anak SMP," katanya jenaka. Raya menggeleng, malas menanggapi ejekan yang telah ia dengar setiap hari.

"Sudah 3 tahun ya kak?" sosok itu bertanya, nadanya menjadi sendu. Ada kerinduan yang pekat, seperti darah yang sukar dibersihkan dari kain putih, kemudian merembes seperti jejak-jejak sporadis yang Raya kenali seperti kehidupannya.

"Mau sampai kapan menyimpannya? Apapun yang kakak lakukan, aku nggak bakal kembali kok," sambungnya, membuat Raya meremat jemari. Ia kemudian meraih sisir perak yang telah ia gunakan sebelumnya.

"Kakak sedang  menghukum mereka, atau menghukum diri sendiri?"

Cukup. Raya menarik nafas, menggenggam teramat erat benda logam di tangan sembari memohon dalam hati agar ia berhenti bicara.

"Kakak, kesakitan kan?"

"CUKUP ESTA! DIAM!" teriakan Raya menggema bersama pecahan kaca akibat sisir perak yang ia lemparkan ke kaca yang menatapnya penuh kasihan. Gadis itu kemudian menangis, sampai lupa bagaimana rasanya sakit yang disebut-sebut sang adik. Dari luar, berlari masuk Orion bersama Bibi Mar yang tergopoh-gopoh karena mendengar kaca pecah.

Laki-laki itu lantas mengangkat tubuh Raya yang memberontak, tangisannya parau dan menyakitkan untuk didengar meski lamat-lamat dapat dieja kepedihan atasnya. Orion membebat tangan Raya yang terkena pecahan kaca sembari menunggu bibi Mar mengambilkan kotak P3K. Ia memeluk Raya, mencoba menenangkan gadis itu meski rasanya nyaris mustahil. Sudah terlalu lama rasa sakit itu ditanamkan, hingga tumbuh benih dendam yang juga menghancurkan inangnya dari dalam. Orion menerima kotak P3K dari Bibi Mar, tangannya cekatan mengambil kapas yang kemudian ia basahi alkohol untuk membersihkan luka. Ia lalu mengambil obat luka dan mengoleskannya perlahan sementara gadis dipelukannya tersenggal-senggal mengais kewarasan. Orion menyelesaikan kegiatannya setelah membebat luka Raya dengan kain kasa dan plester.

Bibi Mar lantas membersihkan pecahan kaca, memastikan tak ada serpihan yang dapat melukai nonanya. Sementara itu, Orion meraih botol obat penenang dari laci di samping ranjang Raya. Menyerahkanya pada Raya yang tak merespon lagi. Gadis itu seperti tersesat kembali.

"Minum obat dulu ya?" Raya kemudian membuka mulut, menerima suapan pil-pil memuakkan yang membuat kepalanya pengar.

Orion lantas bangkit, merapikan sisa keributan yang sebelumnya ditimbulkan Raya sebelum berangkat ke sekolah untuk menghadiri festival musik klasik--acara tahunan Geotopia sebelum ujian akhir semester 2. Raya akan mengisi musikalisasi puisi bersama Samudera, yang demi Tuhan tak ingin dilihatnya hari ini.

Geotopia Where stories live. Discover now