26. Gunung Api Bawah Laut

1.3K 375 107
                                    

Tersembunyi seperti karangIa mematikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tersembunyi seperti karang
Ia mematikan

***

"Angin punya alasan ada di sana," sela Samudera ketika keheningan mencekik udara di ruangan.

Sosok pucat Langit Utara menatap Samudera dengan cahaya harapan, berharap apa yang dipikirkannya adalah kesalahan. Angin Utara adalah orang yang sangat baik dan menyenangkan, meski sedikit ceroboh sejak kecil tapi dia cerdas dan rasional. Siapapun katakan pada Langit Utara bahwa kakaknya tidak terlibat. Bahwa kakaknya tidak mengkhianatinya.

"Dia salah satu dokter di sana dan meski agak aneh kenapa dia memakai pakaian perawat-yang ngomong-ngomong mirip dengan jas dokter alias sama putihnya-dan nampan yang kosong, selain itu tidak ada hal yang ganjil. Dia bisa aja bilang lagi ngerjain tugasnya, artinya dia punya alibi," lanjutnya. Langit Utara memejamkan mata sejenak, meredam segala kemarahan dan kekhawatiran.

Dia tahu benar, mau sebanyak apapun dia mengelak, keterlibatan sang kakak memang tidak bisa dielak.

"Kalau mau menuduhnya, kita butuh bukti lain. Misalnya...." Samudera berdiri, kemudian merogoh saku untuk menemukan benda kotak kecil yang membuatnya antara tersenyum pedih atau merasa menang.

Setelah memasukkan kartu penyimpan memori ke dalam alat pemutar dan layar pelan-pelan menunjukkan kehadiran sosok pria dengan bahu lebar tengah bertemu seseorang di ruang musik.

Hydra. Gadis berambut merah itu tampak berdiri dari sofa tempat Samudera biasa menghabiskan tenaganya untuk tidur, sementara penanda waktu menunjuk pukul 22.13 malam. Sinting, untuk apa mereka ada di ruangan bau kematian itu pada malam hari? Samudera agaknya perlu sedikit berkaca pada diri sendiri.

"Sekarang gue nggak kaget gimana Orion bisa dapat heroin untuk dia berikan ke Raya, sementara dia sendiri nggak tau benda apa itu sebenarnya. Sorry, abang lo nggak sebaik yang lo kira."

***

Lintang tahu bahwa meski telah dimandikan minyak wangi satu kolampun, yang namanya bangkai akan tetap bisa tercium baunya.

Tidak terkecuali dengan dirinya.

Apa yang ada di kepalanya saat ini, setiap hal yang ia ketahui, pun segala yang telah ia lakukan tetap akan selamanya menghantui hidupnya.

Diamnya seseorang yang melihat kejahatan adalah kejahatan.

Dan Lintang mengakuinya.

"Aku paham, idealisme yang kupegang dengan tanggungjawab yang diberikan yayasan padamu bertolak belakang, tapi mau sampai kapan kamu diam?"

Suara itu kembali masuk ke dalam telinganya. Menusuk-nusuk setiap rongga hingga darah-darah imaji terasa mengucur deras dari sana.

"Kita mungkin masih anak-anak dimata orang dewasa, tapi, saat mereka melakukan kesalahan, bukankah kita juga punya kewajiban untuk mengingatkan?"

Geotopia Where stories live. Discover now