20. Cam of The Opera (c)

1.6K 411 116
                                    

Karena apapun yang berada di masa lalu itu kekal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Karena apapun yang berada di masa lalu itu kekal. Air menyimpan ingatan, mata membuka jendela

***

Kabar duka itu menyebar cepat. Seperti tetesan darah yang dijatuhkan ke air jernih, kini ia mengubah seluruhnya menjadi kemerahan.

Kabut pekat yang sejak malam dirasakan Langit Utara berakhir dengan hujan deras siang hari ini.

Biasanya pada pukul 12 siang, matahari akan menjadi begitu terang dan panas, mengumpulkan uap air untuk kemudian dijatuhkan menjadi hujan pada sore atau malam hari. Tapi hari ini berbeda, sejak pagi langit sudah mendung, anakan awan nampak bergelayut di langit-langit. Bahkan jika dirasakan, angin yang berhembus tidak lagi terasa sejuk, melainkan dingin yang menyesakkan. Anginnya orang mati.

Kilat menyambar di luar jendela kantornya ketika suara bergetar Angin Utara di seberang benda kotak itu menyebut nama-nya dengan kalut. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya Langit mendengar Angin sekalut itu selain ketika pria itu mengabarkan kematian salah satu wanita yang paling berharga bagi kehidupan mereka--Nebula Semesta, putri tertua keluarga Semesta.

Seperti repetisi yang menakutkan, Langit Utara segera menancap gasnya menuju rumah sakit tempat dia dirawat. Merapal doa beriringan dengan hujaman hujan yang nampak tidak ingin mengalah. Keadaan yang nyaris serupa dengan hari kematian Nebula. Bahkan meski telah mati-matian mengenyahkan ketakutan dan segala spekulasi buruk di kepalanya, Langit Utara tidak bisa berbohong bahwa hatinya berkata semua telah terlambat.

Iya.
Siang hari itu adalah hari terakhir dia bernafas di dunia.
Katakan Langit Utara kurang ajar, bahwa untuk kali pertama ia begitu marah pada Tuhan. Bahwa setelah seluruh kesakitan yang ditimpakan pada pemilik netra legam yang telah terbujur dingin itu, tetap tidak Ia hadiahkan sedikit cahaya.

Benar memang, dalam hidup banyak hal yang memilih gugur dan mundur. Tapi tidak bisakah takdir sedikit berbaik hati pada pria yang telah ditinggal seluruh hidupnya itu?

Mengepalkan tangannya kelewat kuat, Langit Utara menatap nanar apa yang dilihat matanya sekarang. Setiap helaan nafasnya menjadi sulit, ia seperti dicekik.

"Saya gagal, Nebula. Maaf." lirihnya.

Bentuk akhir dari pengucapan nama si pemilik raga yang kini telah memilih untuk tidak pernah kembali.

Megantara Meridies, bentuk repetisi takdir yang meminta disudahi.

***

Megantara Meridies, mantan penyanyi terkenal sekaligus putra tertua keluarga Meridies dikabarkan telah meninggal dunia, penyebab kematian masih belum diketahui.

Samudera mengernyit ketika membaca headline berita siang. Meridies? Kakak Aquila maksudnya?

Ia memilih menutup laman beritanya ketika menyadari peserta olimpiade geografi Uterra mulai keluar dari ruangan. Sudah selesai ternyata. Samudera buru-buru bergegas masuk, sayangnya ia menemukan meja Raya telah kosong. Kemana cewek itu?

Geotopia Where stories live. Discover now