31. Festival : Parade Para Bintang (b)

1.5K 332 87
                                    

Lagu pertama Samudera bawakan dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagu pertama Samudera bawakan dengan baik. Lampu utama dipadamkan menyisakan lampu yang menyorot ke panggung utama. Sosok berambut perak itu memejamkan mata.

Hening menyambutnya tak lama, sebelum berganti gemuruh tepuk tangan atas permainan indahnya. Samudera lantas membuka mata, menunggu Raya menaiki panggung untuk musikalisasi puisi yang ditunggu-tunggu sebagai acara utama.

Panggung kembali dibuat gelap, lantas perlahan satu persatu lampu sorot benderang, mengikuti sosok gadis berambut legam yang diikat satu dengan pita. Wajahnya pucat, seperti biasa, sehingga ketika terkena cahaya lampu membuatnya semakin putih saja. Samudera menghela nafas, sosok Raya memang tak pernah main-main penampilannya.

Gadis bergaun hitam itu lantas berdiri di depan standing mic, menunggu alunan piano Samudera sebelum memulai larik pertama dari puisi yang ia bawa.

Sementara itu, dari luar perlahan lampu meredup. Sayup-sayup terdengar adanya kerusakan sistem sehingga sebagian listrik mati dan menyisakan Gedung Khay dan beberapa ruangan saja. Dari arah dalam,  gadis bergaun merah muda nampak mencari-cari lagi. Wajahnya berusaha menemukan sosok yang menghindarinya sejak pagi. Lintang, cowok itu seolah menghilang di telan bumi.

Sebelum larik pertama dari musikalisasi itu diucapkan, Muara bangkit dari kursi untuk keluar. Ia sempat melihat sekelibat bayangan Lintang di lorong, lantas buru-buru menyusul kendati penglihatannya bisa saja salah.

Di luar gedung Khay nampak sepi, semua orang sepertinya telah berada di dalam gedung untuk menikmati acara. Prasmanan juga disediakan di ruang sebelah kiri aula, pasti tempat itu kini penuh dengan tamu undangan dan para siswa kendati acara utama telah dimulai. Muara mengedarkan pandangan ke arah hall Alan, hanya beberapa petugas keamanan yang berlalu-lalang. Tatapannya kemudian jatuh pada lantai 2 gedung Sayap Kiri dan menemukan sosok yang ia cari tengah duduk di pinggiran pembatas pagar. Lintang di sana, sambil memegang sesuatu dengan tatapan tak terbaca. Cowok itu mengenakan setelah jas biru navy, dengan sentuhan perak dari dasi yang ia kenakan. Muara lantas mendatanginya untuk bertanya--sebenarnya hanya untuk melihat--mengapa cowok itu justru duduk di sana alih-alih di dalam ruangan.

"Lintang?" Cowok itu menatap tak senang. Muara mencoba tersenyum, dan mendekat kendati Lintang merasa tak menyukai keberadaannya.

"Ngapain ke sekolah?" Adalah pertanyaan Lintang yang membuat Muara kebingungan. Gadis itu lalu ikut duduk di pinggir pembatas pagar sebelum bertanya balik.

"Maksudnya?"

"Aku kemarin minta kamu nggak datang, lewat chat," ketus Lintang. Muara tersadar kemudian menatap ponsel yang ia pegang.

"Ah, Muara semalam nggak ngecek chat. Agak eror jadi nggak bisa buka pesan, memangnya kenapa?" Lintang tak langsung menjawab, cowok itu melirik benda menyerupai remot yang ia pegang lantas mendesah panjang.

"Di sini aja, bareng aku," katanya. Membuat Muara semakin bingung.

"Aku pesanin taxi habis ini," lanjutnya.

Geotopia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang