21. Reverse (c)

1.4K 406 83
                                    

Kembali ke ruang musik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kembali ke ruang musik.

Mobil Mercedes-Benz CLS-Class hitam itu memasuki pelataran gedung Geotopia, mencapai tempat parkir sepertinya terlalu sulit karena ketika telah melewati gerbang, mobil itu berhenti dan seorang gadis nampak keluar terburu-buru diikuti cowok berambut perak yang tergesa menyusul.

Pukul setengah 6 sore, nyaris semua kegiatan di Geotopia berhenti untuk istirahat dan akan berlanjut di malam hari. Hanya beberapa ekskul yang beroperasi, salah satunya ekskul musik. Tapi biasanya mereka hanya akan berlatih di gedung Khay, sementara ruang musik hanya jadi tempat menyimpan barang sekaligus--rumah Samudera. Siapapun tahu fakta ini.

Raya mencapai ruang terkunci itu lebih dulu, matanya gelap, dia tampak dirasuki. Tapi yang sebenarnya adalah, itu bahkan bukan Raya, melainkan Esta. Alter sekaligus adik kembarnya. Apapun yang ada di kepala gadis itu, pasti tengah kacau karena ia kini menggedor pintu tanpa aturan ketika gagal membuka gagang pintunya.

Samudera buru-buru meraih badannya, merengkuhnya erat agar ia berhenti menggedor pintu hingga membuat tangannya memerah dan berbercak darah.

"Ssst ... sebentar, tenang dulu," bisiknya namun gadis itu tetap memberontak. Seolah ada kemarahan yang meletup-letup dari dasar hatinya, terasa begitu sesak dan panas. Perih di saat yang bersamaan, Samudera dapat merasakan dengan jelas, rekaman itu jelas menyimpan hal besar. Puncak kemarahan yang disimpan Raya bersama Esta selama bertahun-tahun.

"Esta berhenti, lo nyakitin kakak lo." Samudera makin mengeratkan kekangannya, geraman dingin tak ayal meluncur dari mulutnya. Membuat tubuh itu membeku, Esta mendapatkan kembali kewarasannya jika masih bisa dikatakan demikian.

Masih bergetar, Esta melepaskan diri dari Samudera. Menatap sulit dan memohon agar Samudera mengerti. Dengan tautan di alis, cowok itu mengeluarkan kunci dari saku celananya. Memasukkannya perlahan untuk kemudian ia putar. Decitan pintu terdengar menyusul, Esta berlari masuk tanpa menunggu pintu benar-benar terbuka.

Menjelajah sudut demi sudut, benda demi benda, hingga tempat-tempat seperti sela-sela gitar akustik hingga elektrik. Samudera mengawasi dengan kepala penuh sesak dengan segala kericuhan informasi yang ia terima dalam sehari. Ia sama sekali bergeming, membiarkan Esta melakukan apa yang dia inginkan. Mencari apapun itu, rekaman, atau apapun, karena pandangan Samudera kini jatuh pada piano tua yang selalu menjadi tempatnya pulang. Piano yang dulunya menjadi rumah bagi Esta.

Samudera sama sekali buta dengan masalah kejiwaan, dia tidak mengerti apapun dan hanya mendapat informasi melalui Angin dan Langit Utara. Tapi ia meyakini benar, Esta yang menempel pada Raya hanya sebagian kecil dari entitas Esta sendiri. Otak Raya mungkin mencoba membentuk identitas baru dengan mengimpersonate adiknya, tapi siapa Esta sebenarnya hanya dimiliki Esta sendiri. Pengetahuan Esta di otak Raya hanya hasil mengamati dan mereka ulang, sementara kejadian yang sebenarnya tentu lebih kompleks.

Samudera tergagap. Esta yang kini menempel pada Raya bahkan tidak menyentuh piano sama sekali. Bukankah jelas bahwa seseorang cenderung menyimpan sesuatu di tempat ia merasa aman dan terlindungi ?

Geotopia Where stories live. Discover now