10. Sungai

1.8K 503 115
                                    

Sebelum mencapai muara, lewati hulunya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebelum mencapai muara, lewati hulunya.

***

Rumah Sakit Jiwa Harapan buka setiap hari, setiap saat. Khususnya untuk orang-orang Semesta Raya.

"Kita masuk dari basement langsung ke lantai 3 Sam, kamu nggak akan suka lewat pintu depan."

Hanya itu kalimat yang Raya keluarkan ketika sampai di gedung yang tidak disangka bahkan lebih bagus dari rumah sakit tempat ia dirawat dulu. Samudera hanya menurut. Malas bicara sebenarnya. Jadi yang dia lakukan hanya mengikuti Raya menuju ruangan privat yang di depan pintu tertulis tulisan besar-besar "SR". Semesta Raya tentu saja.

"Hai bagaimana kabarmu Raya?" sambut seorang dokter disana, ia menutup pintu kemudian.

Tampangnya lumayan, masih muda, dan ramah. Samudera jadi heran sendiri kenapa dia mau bekerja dikelilingi orang-orang "Sakit".

Raya mengangkat tangan. Menunjukkan luka baru yang ia buat semalam, oops ralat, yang dibuat dirinya yang lain semalam.

Sang dokter mengangguk paham kemudian mendekati Raya untuk memastikan luka-luka itu.

"Kamu sudah sarapan? Oh hey, ini temanmu?" Akhirnya keberadaan entitas yang kini bersender di pintu itu disadari. Samudera nyaris walk out kalau dikacangi lebih lama lagi.

Raya tidak terkejut, dia melirik Samudera sekilas. Paham maksud tatapan itu membuat Samudera menegakkan badan. Diulurkannya tangan yang langsung disambut ramah si dokter.

"Samudera, pacarnya." Si dokter terkekeh.

"Sudah tertebak. Saya Angin, Angin Utara. Senang bertemu denganmu."

Mendengar nama belakang Utara membuat Samudera tergelak. Jangan bilang laki-laki yang baru saja dia anggap baik dan ramah ini memiliki hubungan darah dengan si setan Langit Utara? Ya Tuhan betapa sial hidupnya.

"Saya tebak lagi, kamu tertawa karena ada Utara di belakang nama saya kan?" Samudera mengangguk, Angin menghela nafas berat. Mungkin lain kali ia pindah marga saja.

"Jangan bilang kamu mengenal adik saya. Langit Utara maksudnya, kalian tahu, dia kadang menyebalkan." Angin berucap kesal. Ia mengisi dua cangkir teh chamomile kemudian meletakkannya di meja.

"Silakan duduk."

Beralih dari topik mengenai nama belakangnya, Angin kembali fokus pada Raya yang nampak mengernyitkan dahi mendengar percakapan keduanya. Samudera mengenal Langit Utara? Bagaimana bisa?

"Sudah berapa kali kamu merasa kehilangan ingatan diwaktu waktu tertentu selama bulan ini, Ra?" Angin membuka catatan pemeriksaan Raya bulan lalu sambil menyiapkan pena. Cukup stabil.

Raya berpikir sebentar, "Entah, terakhir aku ingat sedang berada di kamar, pasca ... kamu tahu? Nyaris mati disaksikan banyak orang. Sayang gagal dan tetap masuk koran."

Geotopia Where stories live. Discover now