16. Mengumpulkan Serpihan Bintang Mati (a)

1.7K 426 146
                                    

Kematian bintang melahirkan entitas lubang hitam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kematian bintang melahirkan entitas lubang hitam

***

Hari ini Semesta Raya terpaksa datang ke bimbingan olimpiade geografi karena namanya, yang tanpa persetujuanya telah didaftarkan meski telah ia tolak sebelumnya. Raya tahu, ini pasti pekerjaan kakeknya.

Sudah sejak kecil kakeknya begitu berambisi terhadap Raya. Diantara ketiga cucunya, hanya Raya satu-satunya yang selalu ia perhatikan dan diikutkan dalam berbagai macam perlombaan. Bahkan meski Esta adalah kembaran Raya, bagi kakeknya yang terlihat hanya Raya. Satu hal yang Raya curigai membuat Esta lama-lama iri dan berakhir membencinya.

Well, memang tidak salah, Raya memang jenius dan cerdas. Satu-satunya kekurangan Raya di mata kakeknya adalah Raya tidak punya jiwa kompetitif. Ia terlalu sering mengalah, apalagi pada Esta. Hal yang akhirnya mati-matian sang kakek berusaha hilangkan. Terlepas dari semua itu, Raya adalah kandidat utama pewaris tahta perusahaan Semesta. Bahkan meski ia bukan anak tertua.

Putri mahkota. Seperti itu kira-kira. Tidak peduli meski dalam prosesnya, Raya dibuat lebam dan luka-luka, secara kejiwaan. Yang kakeknya tahu hanya satu hal, Raya harus memenuhi tujuannya. Raya harus menjadi pemenang, bagaimanapun caranya.

Menghembuskan nafas penuh pengertian meski lelah dan kesal setiap kali dirinya disetir untuk menjadi yang satu-satunya, Raya memasuki ruangan dengan gambar dirinya berjajar dengan piala serta satu foto besar laki-laki yang kini memilih warna lavender sebagai warna surainya. Langit Utara, dalam fotonya ia masih terlihat begitu polos dengan kacamata kotak culun tapi sorot mata penuh ambisi jelas bukan hal yang bisa ditutupi. Lagi, Raya menghembuskan nafasnya, setidaknya semua ini akan segera berakhir.

"Ra, gue ada urusan sama pak Bambang. Biasa, si bapak ngebet masukin gue ke tim basket lagi. Nanti gue nyusul. "

Kata-kata Samudera sebelum Raya menuju ruang club geografi masih terngiang di telinganya. Terbiasa mendapati sosok bersurai perak itu berkeliaran di sekitarnya membuat rasa sepi diam-diam menyusup tanpa permisi. Bukankah ia harusnya merasa lega dan bebas karena tidak lagi diintili selama beberapa waktu ke depan alih-alih merasa resah seperti ini?

Benar, terkutuklah hati Raya yang hobi membuat kontradiksi dengan kewarasan.

"Hai Ra! Tumben datang?" Lintang, cowok itu ramah seperti biasa. Matanya yang berkilat semangat selalu berhasil membuat Raya menarik segaris senyum tipis.

Sebenarnya, Lintang ada benarnya. Tumben dia datang? Ah, kakek benar-benar ya....

Alih-alih menjawab, Raya hanya mengedik ringan. Menarik satu kursi yang berada di bawah meja kemudian duduk menghadap Lintang dan teman berkacamatanya, yang kalau Raya tidak salah ingat bernama Andromeda. Cowok itu nampak tersenyum kikuk ketika matanya bersirobok dengan Raya. Hal yang sangat dimaklumi Raya alasannya.

Geotopia Where stories live. Discover now