1. Kejutan Semesta

7.3K 1.1K 240
                                    

6 bulan kemudian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

6 bulan kemudian.

Sial adalah nama lain Samudera akhir-akhir ini.

Semenjak hidup dengan bayang-bayang Langit Utara, kesialan dalam hidup Samudera tiba-tiba saja terasa menjadi 7 kali lipat lebih berat dari dosa yang telah ia miliki. Seperti saat ini, Samudera terpaksa menaiki rooftop Gedung Khay--salah satu gedung utama dari 3 gedung di sekolahnya yang baru, Geotopia--dengan alasan paling tidak masuk akal sedunia, iya benar, karena terlambat datang ke sekolah pagi ini, alhasil wali kelasnya memberinya hukuman untuk menyiram tanaman obat di rooftop gedung ini.

Samudera benar-benar tidak mengerti esensi menanam tanaman di atas rooftop gedung sekolah, apakah jika sedang penat begitu guru-guru suka me time di sini sambil minum kopi dan camilan? Sambil menggunjing soal anak bandel macam dirinya yang semoga segera enyah dari hadapan mereka sembari menatap horizon nun jauh di sana? Sungguh Samudera tidak habis pikir.

Samudera nyaris mengumpat kesal sekaligus lega tatkala kedua kakinya berhasil sampai di atap gedung yang terdiri dari 15 lantai ini tanpa perlu patah tulang atau engsel yang bergeser sebelum netra legamnya menangkap sosok lain yang berada tak jauh darinya berdiri. Samudera perlu menyipitkan matanya karena matahari pukul 10 pagi itu lumayan tidak ramah bagi matanya yang jarang bertemu matahari, untuk dapat menangkap dengan jelas sosok gadis dengan rambut hitam panjang dan kulit sepucat ubin toilet cowok itu. Ia berdiri di pinggiran atap, menatap horizon di depannya tanpa suara. Rambutnya yang legamnya senada dengan cardigan hitam lengan panjang yang ia kenakan menari bersama angin, sementara si empunya seolah tanpa nyawa, hilang bersama dengan hembusan nafasnya yang nyaris fana.

Samudera cukup pintar untuk mengetahui bahwa yang sedang ia lihat bukan siswi yang tengah menikmati pemandangan sekolahnya alih-alih mengisi perut di kantin. Samudera diam sebentar untuk berpikir, haruskah dia menghentikan gadis itu atau tutup mata saja membiarkan dia dengan keputusannya. Dia sadar diri tidak berhak mengatur hidup orang.

Kaki Samudera melangkah ke kiri menuju tanaman yang harus ia siram, untuk menyelesaikan hukumannya dan segera pergi, tapi beberapa saat kemudian dia urungkan dan berbalik mendekati gadis itu dengan jarak kurang dari 2 meter. Sepertinya meski meragukan, Samudera masih punya empati. Sebetulnya Samudera sendiri malas ikut campur urusan orang lain, tapi kalau sudah menyangkut nyawa begini ia bisa apa?

Samudera mendongak ke atas kemudian menghela napas kasar. Si gadis yang sadar dirinya tidak lagi sendiri menoleh sebentar kemudian kembali menatap lurus ke depan. Melihat matahari mulai naik ke atas kepala.

"Mati itu nggak menyelesaikan masalah," ucap Samudera perlahan. Tangannya terlipat sambil menatap punggung gadis itu lurus. Ia baru sadar betapa kurusnya si gadis.

"Aku tahu." Gadis itu berbalik. Tetap berdiri di pinggiran gedung.

Wajahnya nampak tidak bernyawa, pucat dan sorot matanya begitu redup. Samudera ingat betul dengan mata ini, iya, seperti mata wanita yang bertahun-tahun lalu meninggalkannya ketika masih bayi.

Geotopia Where stories live. Discover now