5. Bintang Kembar dan Superioritasnya

2.8K 642 193
                                    

Dua hal yang sama cenderung akan saling menghacurkan untuk menjadi yang satu-satunya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua hal yang sama cenderung akan saling menghacurkan untuk menjadi yang satu-satunya.

***

Orion yakin benar dengan apa yang dia lihat. Raya, gadis itu tersenyum. Bukan sekali malah. Dan itu, untuk orang lain.

"Raya!" serunya, gadis yang dipanggil namanya menoleh. Bersamaan dengan cowok berambut perak di sampingnya.

Dia pasti yang dimaksud Langit Utara.

"Ayo pulang!" Suara Orion melembut. Tanganya dijulurkan meraih tangan dingin Raya yang sudah tidak terlihat lagi bekas senyuman di wajahnya.

Raya kali ini menurut. Tumben sekali. Gadis itu mendekat ke arahnya kemudian menatapnya penuh atensi.

"Biarin dia, kita pulang. " Begitu ucapnya yang serta merta dibalas anggukan Orion.

Para bodyguard yang sudah bersiap menyeret Samudera berhenti mendekat saat Orion berbicara pelan.

"Biarkan saja."

Samudera sampai menganga dibuatnya. Padahal dia sudah menyiapkan alibi jika sampai diseret ke kantor polisi. Tapi syukurlah, artinya tidak menambah masalah. Sebentar, apa masih bisa disyukuri kalau Samudera harus pulang ke rumah Tante Meta dan mengakui dosa telah kabur diam-diam semalam? Aish. Ternyata masalah lain telah menunggunya.

Sementara itu, di mobil, dua anak manusia sama-sama bungkam. Orion memilih menyetir sendiri agar bisa lebih leluasa bicara dengan Raya.

Gadis itu menatap jalanan di depannya dengan tenang. Bibir tipisnya yang kemerahan tertutup rapat. Tidak ada yang ingin dia bicarakan.

Orion menimbang-nimbang pertanyaan. Dia ingin bertanya kenapa Raya kabur dari sekolah hari ini, dan kenapa harus dengan cowok itu? Tapi urung ketika melihat ketenangan di wajah Raya yang jarang ia temui. Biasanya wajah itu terlihat redup dan frustasi. Tapi malam ini, seolah Tuhan meniupkan cahaya hidup pada Raya lewat malaikatnya, Raya terlihat bahagia dan itu membuat kecantikannya bertambah berkali-kali. Orion sampai tidak tahu bagaimana merespon degup jantungnya. Ia bahagia sekali.

Memasuki pelataran rumah bergaya victorian kental, Orion menghentikan mobil tepat di depan pintu utama. Ia keluar lebih dulu guna membukakan pintu untuk Raya, kemudian menyerahkan kunci mobilnya pada Pak Joko untuk diparkirkan di tempat khusus di samping rumah.

Kedatangan mereka berdua disambut wanita paruh baya berwajah teduh yang langsung meraih kedua tangan nonanya. Memastikan sang nona baik-baik saja. Tatapan keibuannya menyapu tubuh Raya dari kepala hingga kaki, kemudian tersenyum.

Tidak ada tambahan luka lagi.

"Nona Raya dan Tuan muda Orion pasti lapar kan? Ayo sudah Bibi Mar siapkan makananya." Bibi Mar menuntun keduanya menuju meja makan.

Geotopia Where stories live. Discover now