3. Raksasa Merah

4.8K 825 252
                                    

Sekaratnya Bintang utama akan membawa pengikutnya dalam kematian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sekaratnya Bintang utama akan membawa pengikutnya dalam kematian. Dialah Raksasa Merah, si pembawa kehancuran bagi mereka yang menggantungkan diri padanya

***

Sumpah demi Tuhan yang semoga saja mau memaafkan Samudera, Samudera sama sekali tidak pernah berniat bunuh diri.

Dia hanya penasaran.

Bagaimana rasanya akan mengakhiri hidup?

Bagaimana bisa orang memilih pilihan itu untuk menyelesaikan masalah padahal jelas-jelas yang Samudera rasakan hanya hampa dan ... ketakutan? Well, Samudera masih sadar diri dia berlumuran dosa.

Masalahnya, laki-laki itu memang bikin kesal. Dia berkata seolah tahu segalanya padahal tidak sama sekali. Tentu saja, mati jauh lebih baik ketimbang mendengar omong kosong laki-laki sok jagoan itu. Yup, Samudera sedang membuat kontradiksi.

Baiklah-baiklah drama dengan diri sendirinya dicukupkan dulu. Ada hal lain yang perlu diurus.

Masih pukul 1 malam. Bukan waktu yang menyenangkan untuk keluyuran. Selain karena dingin menusuk tulang, Samudera juga terancam diseret Satpol PP karena dikira anak jalanan atau pelaku balap liar, atau apalah apapun yang jelas tidak menyenangkan.

Tapi Samudera juga tidak bisa pulang.

Masalahnya, rumah saja dia tidak punya.

Satu-satunya yang Samudera pikirkan saat ini adalah Ruang Musik. Masih ingat orang terakhir di Ruang Musik adalah pemegang kunci?

Begitu membuka Ruang Musik, Samudera langsung tahu kakinya menuju ke mana. Grand Piano berwarna coklat tua nampak menggoda untuk dimainkan. Sayangnya Samudera tidak benar-benar tahu ingin memainkan apa. Segalanya terlihat hitam, jadilah Samudera memilih tidur saja di sofa buluk yang sepertinya sengaja diletakkan setelah kedatangannya 6 bulan lalu. Biar tidak kelelahan katanya.

Merebahkan diri di sana sambil menghela napas lelah. Matanya mulai berat, sungguhan hidup sebegitu menguras tenaga, tapi mati juga bukan perkara mudah.

Besok pagi-pagi, jika diijinkan Tuhan, ia ingin bangun di alam kematian. Tapi masalahnya, dia terlibat perjanjian dengan laki-laki sialan yang berlagak seperti malaikat itu. Jadilah ia urung untuk mengucap 'amin' di sela pengharapan. Bukannya mempermainkan Tuhan, tapi bukankah sudah terbukti bahwa Ia benar-benar tidak akan melepaskan Samudera dari dunia ini dengan mudah?

Jadi, kenapa tidak sekalian saja?

***

Bagi seorang Semesta Raya, ada dua hal yang paling susah dilakukan. Pertama kalah, kedua mati. Entah mengapa, Tuhan mengutuknya untuk selalu menang dan susah mati. Susah sekali sampai ia sendiri frustasi.

Pasalnya, apalagi yang dia harapkan dari sisa hidup yang bukannya habis malah makin memanjang begini?

Seriusan Raya lelah, semua omong kosong ini benar-benar membuat pening kepala.

Geotopia Where stories live. Discover now