22. Yang Karam di Dasar Samudera (b)

1.5K 396 71
                                    

Meta mendapati anak laki-lakinya--Samudera maksudnya--pulang bersama sosok gadis yang tampak seperti bukan manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meta mendapati anak laki-lakinya--Samudera maksudnya--pulang bersama sosok gadis yang tampak seperti bukan manusia. Terlalu cantik untuk dikategorikan sebagai manusia biasa, tapi tidak mungkin juga dikategorikan sebagai bidadari karena ini dunia nyata.

Menepis keterkejutannya, ia buru-buru membawa gadis itu masuk setelah Samudera memperkenalkannya sebagai Raya. Gadis itu tersenyum simpul sambil mengangguk takzim, nampak wah di mata Meta. Tapi ia tetap melemparkan tatapan penuh selidik pada Samudera yang hanya membalas dengan helaan singkat sampai mengangguk. Anak laki-laki itu mengerti benar dengan kode yang diberikan tante Meta.

"Maaf mengganggu malam-malam, saya hanya mampir sebentar," ucap Raya lirih. Menyembunyikan lanjutan kalimat yang ia telan dalam-dalam.

--sampai kakek pergi dari rumahnya.

Raya hapal di luar kepala dengan tabiat kakeknya. Pria tua itu akan menunggunya di rumah setiap kali Raya mengikuti lomba. Sekadar untuk melihat trofi dan memupuk kebanggan atas ketepatan pilihan yang ia lakukan sejak awal. Memfokuskan diri hanya untuk Raya, hanya untuk pemenang. Dan biasanya, ia akan pergi pukul 10 malam sebab katanya angin malam tidak baik untuk kesehatan orang seumurannya, ia butuh istirahat untuk menjalani hari esok.

Meta tersenyum tipis, terlihat kikuk dengan keformalan yang ditunjukkan Raya. Wanita itu membawa Raya duduk di ruang tamu sebelum menawarkan sesuatu.

"Mau minum apa, nak?" tanyanya. Matanya melirik Samudera yang sudah menghilang di balik pintu kamar sementara Raya menatap kepergian cowok itu dengan pandangan sulit.

"Air putih aja, Tante," jawabnya dengan lirih. Meta tidak mungkin tidak menangkap sinyal kesedihan di mata gadis di depannya. Perlahan menimbulkan desir kekhawatiran atas entah apa yang sebenarnya terjadi.

Tersenyum penuh pengertian, Meta kemudian melangkah menuju dapur untuk menyiapkan minuman dan camilan. Sementara Raya masih kaku di sofa, matanya tertanam ke dalam pikiranya sendiri. Tersesat jauh pada badai ingatan yang menghantamnya bertubi-tubi.

Esta,
Sosok itu,
Telah lebih lihai menguasai dirinya.

Nyeri yang sebelumnya dirasakan Raya kembali dengan intensitas yang tidak terlalu kuat, tapi tetap saja menyakitkan. Ia perlahan memijat kepalanya, menenangkan gejolak masa lalu yang membuat matanya mengerjap kabur. Ini semua tidak benar.

Samudera mengganti seragam sekolah dengan kaos putih lengan pendek yang dipadukan dengan celana bomber warna kakhi. Ia terlihat telah mencuci muka dengan cepat melihat sisa air yang menetes dari ujung rambut peraknya. Ia tak langsung duduk, melainkan berdiri di depan pintu, memandang lekat gadis di depannya yang sesekali terlihat memijat kepala. Raya masih kesakitan.

"Ra, mau gue pijet lagi kepalanya?" tawar Samudera. Cowok itu telah berlutut di hadapan Raya, mencoba melihat wajah gadis itu yang menunduk. Raya keras kepala menggeleng, menampik fakta bahwa kepalanya nyaris pecah.

Geotopia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang