NICHO - 1

169K 11.7K 162
                                    

Kejadian tempo hari rupanya masih berbekas di dalam benak masing-masing. Langkah Vanya, di manapun ia berada selalu ada kata 'Nicho' yang menyertainya. Vanya sudah lelah dengan omong kosong mereka semua tapi tak ayal ia juga percaya dengan omongan mereka semua. Percaya sebab ada buktinya kala kemarin ingin pulang cobaan datang kepadanya ban mobilnya kempes semua dan ia harus rela membiarkan mobil putih mulus miliknya tinggal sendiri di parkiran sekolah, berlanjut ke halte ia yang tengah menunggu bus hampir satu jam tidak juga datang dan berakhir menyusuri jalan di sore hari tidak sampai disitu kesialan datang lagi saat satu mobil hitam melintas di genangan air hingga air itu menyiprat ke seragamnya.

Vanya diam sendirian di belakang sekolah. Ia ingin menyejukkan isi kepalanya, semua kesialan yang terjadi kepadanya kenapa merujuk ke Nicho. Vanya sedikit membenarkan karena ban mobilnya kemarin kempes tidak mungkin ulah anak kecil atau tuyul, mungkin saja orang asing atau bisa juga Nicho yang melakukannya. Vanya menuduh Nicho karena ia mendapat bukti rekaman cctv yang tadi sempat ia datangi ke ruangannya dan saat ia melihat satu jam sebelum ban mobilnya kempes disitu tidak ada rekaman sama sekali malahan rekaman dirinya sedang menggerutu sambil menendang ban mobilnya ada. Aneh bukan?

"Nichols Vernandez, namanya bagus, gentle banget tapi terkesan misterius dan kata Serra 'jangan ngucapin nama Nicho atau lo dapet kesialan' bener sih buktinya kemarin gue langsung sial." Monolog Vanya berperang dengan batinnya yang menolak Nicho menjadi tersangka utama dan pikirannya yang berujar itu ulah anak lain yang ada dendam kepadanya. "Tapi, gue enggak ada musuh," ucap Vanya, gelisah semua spekulasi tentang Nicho mungkin ada benarnya.

Dan Vanya mulai tanamkan ke otaknya jangan sampai ia keceplosan menyebut nama Nicho atau ia mendapat sial terus menerus.

Vanya mengusap wajahnya dengan kasar lalu mengacak rambut panjangnya yang sengaja ia gerai. Alisnya menukik tajam diikuti keningnya yang mengerut.

"Pusing." Frustrasi Vanya sembari membuang napas dengan kasar. Menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi yang tersedia Vanya mendongak ke atas menatap langit yang cerah. Matanya terpejam begitu matahari menyilaukan matanya.

Membuka matanya Vanya terperanjat ketika melihat Nicho berada di belakangnya sedang berdiri dengan melipat tangan depan dada sembari menatap dirinya dengan ekspresi datar. Secepat kilat Vanya kembali duduk seperti semula lalu membenarkan rambutnya yang terbang tertiup angin wajahnya ia buat se-cool mungkin, sedikit berdeham sebelum menoleh ke belakang dengan alis terangkat satu.

Vanya mengangkat dagunya kemudian ia kembali berdeham. "Apa?" tanya Vanya seolah-olah ia lupa dengan omongannya barusan. Namun di dalam hati ia berdoa semoga saja Nicho datang saat matanya terpejam bukan saat ia menyebutkan nama cowok tersebut.

Nicho tidak menjawab dan tidak membuang pandangannya hanya satu objek yang ia lihat yaitu Vanya.

Jantung Vanya berdetak tidak beraturan sampai ia merasakan detakan nya begitu hebat seakan mau keluar dari tempatnya. Tatapan Nicho susah bagi Vanya untuk diartikan membuat ia susah mengontrol jantungnya.

"Ketemu lagi, apa kabar?" Nicho terlihat santai, suaranya begitu merdu masuk ke telinga. Vanya yang di tanya bingung padahal jawabannya tidak begitu sulit.

"Semoga baik," imbuh Nicho dengan senyum tipisnya sembari berjalan mengitari kursi dan duduk di samping Vanya.

Perasaan takut dan cemas menyelimuti diri Vanya mendengar ucapan Nicho barusan itu seperti sindiran halus yang berlawanan dari dirinya sekarang.

"Pasti semua rumor tentang gue udah masuk ke telinga lo dan gue harap lo paham," ujar Nicho dengan dingin raut wajahnya berubah datar tidak secerah tadi. Vanya tersenyum kecil menanggapinya.

Vanya gugup, tangannya basah oleh keringat dan ia ingin segera pergi dari hadapan Nicho saat cowok itu menoleh ke dirinya.

"K-kenapa?" tanya Vanya.

"Lo milik gue."

NICHO ✓Onde as histórias ganham vida. Descobre agora