NICHO - 16

89.7K 6.9K 63
                                    

Ruang makan hanya ada keheningan--tidak sepenuhnya hening sebab suara dentingan sendok bersama garpu saling beradu dengan piring, tidak hanya alat makan itu saja. Pisau kecil pun ikut sebagai pemotong roti yang terlapisi selai strawberry atau coklat atau kacang.

Meja makan panjang yang terisi banyaknya kursi, kurang lebih sepuluh sampai lima belas kursi ada di sana. Paling ujung dan tempat yang biasanya di tempati oleh kepala keluarga sudah terisi di sampingnya juga ada. Samping kanan dan kiri.

Suara berat tegas dan dingin mengisi keheningan. "Kamu gak mau nginep?" Meskipun, terlihat begitu kurang dekat dengan anaknya. Perhatian masih saja terlihat sangat jelas.

"Lain kali kalo mau berkunjung jangan malem-malem. Untung aja mommy gak pukul kamu."

Suara halus dan lembut menegur putranya yang semalam sempat datang malamnya. Namun, itu di saat semua orang sudah tertidur.

Sang putra yang ditegur hanya mengulas senyum tipis. Mommy yang melihat menjadi mengingat suaminya. Sifat keduanya sama--dulu suaminya juga dingin dan sekarang rupanya sifat yang tidak ia inginkan menurun ke anaknya.

"Kamu kalo diajak ngomong jangan cuma senyum. Mommy kesel liatnya, jadi ngingetin ke Daddy kamu," tukas mommy dengan galak seperti ibu lainnya.

Perkataan mommy ternyata membuat Daddy yang ingin menyuapkan sesendok bubur ke mulut anaknya spontan meletakkan kembali sendok di mangkuk kecil itu. Matanya menyorot tajam punggung kecil istrinya yang berdiri di antara kedua anaknya.

"Mom liat Daddy mau marah," adu anak laki-laki yang mengenakan pakaian kasualnya. Dia adik kedua Nicho yang memiliki sifat bertolak belakang dari Daddy nya. Kalau Nicho dingin sama dengan Daddy nya, berbeda dengan dia yang jahil.

Nicho akan mengenalkan keluarganya yang baru muncul ini.

Pertama sang kepala keluarganya lebih dulu; Zavi Vernandez. Sifat dingin sampai sekarang. Wajahnya tampan dan menolak untuk keriput. Tubuhnya tetap tegap dan berbentuk seperti jaman SMA dulu. Selalu tegas dan berwibawa juga perhatian sekaligus penyayang meskipun susah untuk di perlihatkan.

Anne Vernandez wanita cantik pendamping sosok laki-laki dingin yang sekarang menjadi ayah untuk ketiga anaknya. Berhati lembut. Penyayang dan penyabar. Menikah dengan Zavi dulu masuk ke dalam blacklist. Bukan karena nakal atau apa, Anne memasukkan Zavi ke dalam blacklist karena sifat laki-laki itu susah ditebak ditambah sifat dinginnya yang membuatnya ogah untuk menjalin hubungan dengannya. Namun, kembali lagi dengan semesta yang seakan memutar semua keinginannya.

Narel Vernandez si anak laki-laki yang beranjak remaja. Masih berumur empat belas tahun. Memiliki wajah baby face yang membuatnya mempunyai banyak penggemar. Sifat jahil berbeda dengan ayahnya. Mungkin, Narel menuruni sifat ibunya. Walaupun umurnya seperti anak lainnya, tidak disangka kalau Narel pemilik tubuh yang tidak seperti umurnya.

Dan si kecil lucu, paling pendek dan paling imut dari semuanya. Hazel Vernandez. Suka tertawa dan tersenyum. Paling sering menjadi bahan percobaan Narel.

Kalau Nicho tidak usah di deskripsikan karena selama berjalan cerita laki-laki tampan itu selalu ada bersama sang pacar. Sekarang kita ambil sedikit waktu bucin keduanya dan kita fokus ke keluarga terpandang Vernandez.

Di belakang rumah. Ada taman luas hampir sama dengan lapangan sepakbola di sana keluarga kecil Vernandez berkumpul.

Si kecil imut nan lucu plus cantik itu kini bersama Narel. Entah mau dibawa kemana anak kecil yang baru bisa berjalan itu.

Di tempat teduh yang tertutup ada dua orang dewasa dan anak laki-laki remaja yang bersantai.

Zavi menatap putra sulungnya dengan datar seraya menyeruput teh yang kemungkinan sudah menjadi dingin. Selama minum Zavi tidak lepas menatap wajah tampan anaknya yang seperti copy-an dirinya.

Ia berdeham membuat atensi yang semula ke layar ponsel beralih ke dirinya.

"Kamu beneran sama Vanya?" tanya Zavi langsung tidak bertele-tele.

Nicho mengangguk.

"Mau tunangan? Biar Vanya enggak diambil orang," imbuh Zavi.

Anne yang mendengar sontak memukul lengan suaminya. "Zavi!"

Nicho diam tampak menimang. Lalu, ia membalas, "Nicho pikirin dulu."

Sedangkan Anne yang mendengar segera protes tidak terima. Kedua pikiran ayah dan anak sama saja.

NICHO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang