NICHO - 3

143K 10.3K 53
                                    

Penyesalan yang dirasakan Vanya membuat nafsu makannya sekarang menurun sampai kedua orang tuanya bingung sendiri dengan sikap anaknya yang akhir-akhir ini sering murung kadang menggerutu atau memutar bola matanya malas.

Di meja makan berisi enam kursi Vanya duduk di salah satunya. Kepalanya menunduk menatap piring putih kosong yang belum terisi nasi dan lauk. Embusan napas kasar keluar dari mulutnya serta decakan.

Sang mama yang kebingungan lantas mendekati anak sulungnya. Tangan halus itu mengelus kepala Vanya membuat gadis berambut acak-acakan sehabis bangun tidur itu mendongak menatapnya. "Kamu kenapa, Van?" tanya mama seperti biasa dan tetap sama nadanya lembut sekaligus menenangkan membuat Vanya tersenyum manis, dirinya enggan bercerita jadi ia hanya menggelengkan kepalanya dan memberikan kata-kata penenang yang ampuh.

"Ma, sehabis sarapan Vanya mau jalan-jalan sama anak mama yang lain, boleh, 'kan?" tanya Vanya antusias sembari memegang tangan mamanya yang berada di atas kepalanya dan ia bawa ke meja. Anak lain maksud Vanya adalah sahabatnya yang sudah dianggap mamanya menjadi anaknya.

Melihat raut antusias putrinya tentu ia tidak sanggup menolak dengan senang hati mengangguk. Sembari mengelus lengan anaknya ia berkata, "Hati-hati."

Vanya mengangguk dengan kedua ibu jarinya yang sudah mengacung ke atas. Atensi keduanya teralih ke tangga kala mendengar langkah kaki buru-buru. Vanya yang mengenalinya mendengkus geli di sana ada adiknya. "Kenzie, mau kemana lo? Sarapan dulu mama udah masak nih." Vanya berteriak memperingati Kenzie-adik laki-lakinya.

Pemuda yang sudah rapi dengan pakaian casual-nya itu lantas menghentikan langkahnya tatkala teriakan dari sang kakak mengganggu indera pendengarannya. Menoleh ke asal suara Kenzie tersenyum manis sampai matanya yang terlapisi kacamata membentuk bulan sabit. Berjalan sedikit berlari kecil sampai rambutnya yang acak-acakan itu naik turun mengikuti langkahnya. Sampai di dekat Vanya Kenzie mencium pucuk kepala kakaknya karena Vanya yang sedang melahap nasi gorengnya dan beralih ke mamanya ia mencium kedua pipi wanita paruh baya itu. "Kenzie sarapan waktu siang aja ya ma, sekarang Kenzie sibuk."

"Sok segala sibuk mau naik SMA aja gaya. Makan dulu, mama masak loh Ken," sahut Vanya dengan pipi mengembung.

Mama terkekeh geli. Hal yang ia sukai waktu pagi adalah mendengar keributan kedua anaknya yang selalu mengisi keheningan.

Kenzie menjawil hidung sedikit mancung milik kakaknya membuat Vanya berdecak lalu menepis tangan Kenzie. "Kenzie makan roti aja, ya ma."

"Iya."

Lantas Kenzie mengambil dua lembar roti yang sudah diolesi selai kacang dan melahapnya begitu saja. Selesai memakan roti dan meminum susu coklat kesukaannya Kenzie bergegas pergi setelah menyempatkan mencium pipi mamanya dan mengacak rambut kakaknya sampai berbentuk macam singa. Dengan mulut mengunyah sisa roti, tangannya menggapai gagang pintu dan ia membukanya, ia terlonjak kaget melihat seseorang berdiri di depan pintu dengan ekspresi datar tanpa sadar Kenzie menelan saliva nya susah payah.

Berdeham singkat Kenzie mulai meneliti pakaian laki-laki di depannya sekarang sampai naik ke atas tepatnya ke wajah Kenzie memicingkan matanya seolah-olah menilai ketampanannya namun semua sangat sempurna membuat Kenzie menggelengkan kepala. Alisnya naik satu tatkala bingung dengan berdirinya laki-laki ini di depan pintu rumahnya. "Lo siapa?"

"Nicho," jawabnya seadanya semakin menambah kerutan di dahi Kenzie.

Kenzie memutar bola matanya malas. "Mau apa?" tanya Kenzie mulai tidak bersahabat. Sesekali ia sempatkan melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

***

 

Di meja makan Vanya mengerutkan alisnya mendengar suara adiknya yang masih di rumah. Menoleh ke mamanya rupanya juga menatapnya dengan tatapan bingung.

"Vanya ke depan, mama lanjut makan aja," ujar Vanya beranjak dan pergi dari meja makan. Selama melangkah ia menggerutu dengan adiknya menerka-nerka Kenzie berdebat dengan teman sekolahnya.

"Ken, ada a—" Mata Vanya melotot melihat wajah Nicho terpampang begitu jelas di depan pintu dengan Kenzie yang semakin kebingungan. Vanya menoleh ke Kenzie tangannya terkepal dengan langkah lebar ia mendekati adiknya. "Kenapa dibukain sih?!" geram Vanya melotot garang ke Kenzie yang semakin menekuk mukanya karena tidak tahu apa-apa.

Kenzie menatap Vanya. "Malah salahin gue. Gue aja baru buka pintu terus dikagetin sama dia."

"Hah?!" Beo Vanya seraya menoleh ke Nicho yang anteng dengan mata terus menatap gadisnya. "Lo dateng udah lama?" 

"Pacar lo ya?" tanya Kenzie.

Vanya mendelik tidak terima. "Bu—"

"Iya," sela Nicho enteng dengan tatapan tajam yang mengarah ke Vanya.

NICHO ✓Where stories live. Discover now