NICHO - 8

108K 8.4K 99
                                    

Bukannya mengantar ke rumah, Nicho malah membelokkan mobilnya ke arah berlawanan. Vanya yang tidak begitu memperhatikan jalan karena sibuk bermain ponsel akhirnya menyadari kalau mobil yang ditumpangi tidak berhenti di depan pagar rumahnya malah berhenti di basemant.

Begitu mesin di matikan Vanya memutar badan menghadap Nicho. Tangannya mencekal lengan Nicho yang ingin membuka pintu membuat cowok dengan kaus hitam melekat di tubuhnya itu berhenti dan memutar badan ke Vanya.

"Ini di mana?" tanya Vanya seraya melihat sekeliling.

Nicho mengangkat tangannya lalu ia taruh di belakang kursi tempat Vanya duduk, posisinya menyerong. Tatapannya melembut dengan seulas senyum tipis.

Melihat senyum tipis Nicho membuat jantung Vanya berdetak kencang. Semakin senyum Nicho semakin tampan, entah kenapa Vanya tidak suka kalau senyum Nicho di pamerkan ke kaum hawa diluar sana. Vanya menggelengkan kepalanya, menolak rasa cemburu.

Vanya mendadak kaku karena ulah Nicho yang menepuk pucuk kepalanya dengan pelan lalu mengacak sampai berantakan, kemudian cowok tampan dengan netra hitam itu membenarkannya kembali.

"Aku gak bakal senyum ke cewek di luaran sana, baby." Nicho seakan tahu apa yang dipikirkan gadisnya bertambah jelas dengan reaksi terkejut Vanya yang membuatnya merasa senang kalau ternyata gadisnya cemburu.

Vanya mengerjap. Refleks kepalanya mundur namun ditahan tangan Nicho yang berganti menangkup kedua pipinya dan menekannya sampai bibirnya maju beberapa centi.

"Kamu itu suka banget bikin aku sesak napas gara-gara gemes, sih, hm?"

"Aku emang gemesin dari lahir," sahut Vanya dengan suara yang kecil dan susah dimengerti karena tangan kekar milik Nicho masih menjepit pipinya. Ia menggelengkan kepalanya namun jepitan di pipinya tidak terlepas membuatnya mengerucutkan bibirnya.

Matanya melotot tampak begitu bulat dan menggemaskan secara bersamaan. "Lepasin." Sudah mati-matian Vanya membuang pikiran tentang Nicho yang terlihat berkali-kali lipat tampan dari jarak dekat.

"N-icho," jerit Vanya tertahan sembari memukul kuat lengan Nicho berharap cowok itu kesakitan tetapi kalau dilihat-lihat Nicho tidak kesakitan.

***

Sejak dari basemant sampai dalam apartemen Vanya hanya diam dengan muka garangnya tanpa memperdulikan Nicho yang sedari tadi mencoba mengajaknya mengobrol meski balasannya hanya dehaman singkat.

Merajuknya Vanya karena pipi gadis itu memerah akibat Nicho yang mencubitnya terlalu keras bahkan menggigit nya. Kalau tadi Nicho tidak cepat-cepat melepaskannya sudah dipastikan Vanya yang menahan tangis sudah pecah begitu saja. Lihat saja sekarang gadis dengan sweater hitam kebesaran milik Nicho itu menelungkup kan kepalanya di bantal.

Nicho yang baru keluar dari dapur mengembuskan napas panjang melihat gadisnya merajuk sampai menangis dapat dilihat dari bahu tidak seberapa itu yang bergetar. Menaruh lebih dulu gelas berisi susu itu di meja, lalu Nicho berjalan pelan mendekati gadisnya. Isakan kecil masuk ke dalam telinganya. Merasa tidak tahan lantas Nicho membalikkan badan Vanya dengan tenaga ekstra.

"Cup ... cup ... cup ..., baby aku minta maaf ya udah bikin pipi kamu sakit," ucap Nicho lembut sembari mengelus pipi chubby Vanya yang begitu merah. Dirinya saja meringis melihat betapa ganasnya saat menggigit tadi sampai bekas giginya itu tercetak jelas di pipi gadisnya. Tangannya menyelinap di ketiak Vanya dengan mudahnya Nicho mengganti posisi gadis itu duduk. Keduanya saling bertatapan tanpa suara hanya embusan napas keduanya memenuhi keheningan.

Nicho mengelus pipi gadisnya dengan lembut. Sang empunya malah menatap wajah tampan kekasihnya yang tampak segar dengan balutan kaus hitam yang melekat sempurna dengan training yang sama hitamnya.

Sempurna dan tampan.

"Minum susu dulu, ya. Dari sore kamu gak mau makan, soalnya ngambek." Sengaja Nicho memelankan suaranya diakhir kalimat. Sembari mengelus pipi chubby gadisnya tangan satunya bergerak mengambil gelas kaca di atas meja.

NICHO ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora