NICHO - 19

82.2K 6.3K 21
                                    

"Nicho."

Nicho sedang memainkan ponselnya. Menunggu sang pujaan keluar sungguhlah lama alhasil ia memilih bermain dengan benda pintar itu.

Sebelum mematikan ponsel suara dari depan yang melengking mengurungkan niatnya. Karenanya, ia mendongak seketika senyumnya terbit namun tipis.

Koridor yang ramai membuat Vanya yang ingin menghampiri Nicho terhenti. Melihat gadisnya yang tampak kebingungan Nicho langsung bergerak mendekat.

Vanya bernapas lega. Begitu melihat kerumunan dan desakan dari siswa lainnya membuat ia menghentikan langkahnya. "Nunggunya lama, ya?" tanya Vanya pelan seraya membetulkan letak tas nya. "Maaf."

"Gak lama, barusan dateng ke sini," jelas Nicho dengan senyum menenangkannya.

Dalam hati Vanya mencibir Nicho. Sebenarnya ia tahu kalau Nicho sudah lama berdiri di depan kelasnya. Bertanya itu hanya ingin basa-basi.

"Capek, hm?" Nicho mengelap keringat yang turun di pelipis gadisnya.

Vanya tersentak dengan spontan mundur sebelum pinggangnya di rangkul membuat ia mengurungkan niatnya.

***

Menuruni anak tangga yang ramai dengan siswa membuat tubuh keduanya saling tabrakan dengan siswa lainnya kadang ada juga yang hampir terjerembab. Senantiasa Nicho yang selalu di samping Vanya menahan berat gadisnya yang kadang kurang keseimbangan.

"Pelan-pelan dong, lo! Udah tau ini di tangga malah lari-larian, jatoh mampus lo." Salah satu siswi memaki anak laki-laki yang berlarian menuruni tangga. Siswi tersebut hampir hilang keseimbangan kalau tidak cepat teman sampingnya memegang lengannya.

Sebenarnya Nicho juga ingin memarahinya juga namun ia tidak mau membuang tenaga dan alasan lain, siswa tersebut sudah di maki oleh gadis itu.

Tidak mau menonton acara perdebatan yang kemungkinan besar akan berlanjut sampai sesi baku hantam, Nicho dan Vanya memilih meninggalkan mereka yang masih menjadi bahan tontonan siswa lainnya.

Dari posisi keduanya berada saja keributan tersebut masih berlangsung dengan si cewek pemicu api dan si cowok yang bodoh amat.

"Minta maaf doang beres, ngapa jadi gede," gerutu Vanya sambil mengangkat bahunya tak acuh. Mimik wajahnya ketara begitu kesal.

Nicho tidak menyahut ia mendorong pelan kedua bahu Vanya seolah menyuruh gadis itu segera masuk ke dalam mobilnya.

Sudah memastikan gadisnya masuk dan duduk tenang setelah itu ia menutup pintu mobil. Memutari mobil dengan berlari kecil sesekali membenarkan rambutnya yang berjatuhan.

***

Mobil melambat perlahan ketika mendekati sebuah taman. Vanya mengerutkan kening lalu menoleh ke Nicho yang sebagai sopir dari raut wajahnya tidak terlihat ekspresi apapun.

"Kenapa ke sini?" Daripada memendam bingung dan semakin penasaran akhirnya Vanya melontarkan pertanyaan yang ingin ia keluarkan.

Tetap dengan posisi kepala menyamping menatap pahatan sempurna pemilik mobil. Melihat betapa seriusnya Nicho menyetir membuat Vanya mengukir seulas senyum tipis. Alis yang tebal namun tidak terlalu tebal yang terkadang menukik tajam. Bulu matanya lentik jarang dibuat berkedip. Hidungnya mancung dan sempurna membuat siapapun yang melihat iri dan ingin punya sepertinya, termasuk Vanya. Dan, yang terakhir bibirnya. Bentuknya bagus dan kissable banget apalagi kalau Nicho senyum bikin kaum hawa meleleh. Yang sangat diuntungkan karena Nicho jarang senyum apalagi ketawa. Mustahil banget.

Yang ditatap menoleh lalu menjulurkan tangannya. Rupanya Nicho mengacak rambutnya. Kalau Vanya tidak salah lihat Nicho sempat tersenyum manis. Sontak saja Vanya mengulum bibir ke dalam menahan senyum yang ingin sekali terbit.

"Jalan-jalan," balas Nicho setelah lama diam. Sebelum menjawab ia memarkir kan lebih dulu mobilnya.

***

Berjalan beriringan menuju ke kursi taman tiba-tiba saja Vanya menghentikan jalannya.

"Kenapa, by?" tanya Nicho. Alisnya saling menaut, bingung.

Vanya tidak menjawab sampai beberapa detik kemudian tangannya terulur, menunjuk salah satu gerobak pedagang kaki lima yang nangkring di sekitar taman.

Nicho mengikuti arah tunjuk Vanya. Mengerti kemauan yang diinginkan Vanya, Nicho pun bergerak menjauhi tempatnya berdiri dan berarti ia meninggalkan Vanya.

Kepergian Nicho membuat Vanya melongo di tempat. "Gue ditinggal gitu?!" Vanya bertanya ke dirinya sendiri dengan gerakan tangan dan raut muka dongkol.

Lama menunggu Vanya memilih duduk di salah satu kursi taman yang dekat dengan dirinya berdiri tadi. Sembari menunggu mulutnya tidak berhenti mendumel sambil menatap punggung tegap yang terbalut kemeja sekolah. Antrean di pedagang es krim itu lumayan ramai di kerumuni anak kecil.

Karena merasa bosan Vanya akhirnya membuka ponsel dan bermain sosial media.

Hingga. Satu es cup es krim vanilla dengan astor dan marshmellow serta choco chips di atasnya tepat berada di depan matanya. Mata bulatnya berbinar senang sampai ponsel yang dipegang tidak sengaja Vanya lempar ke samping.

"Aaa ...." Vanya berseru senang seraya mendongak menatap siapa gerangan yang membawakan es krim. Dan, ternyata Nicho pelakunya. "Makasih, hehe. Ihh baik banget sih."

Nicho terkekeh kecil melihat gadisnya yang semakin menggemaskan. Tidak tahan Nicho mencuri ciuman di bibir gadisnya yang terasa manis karena lelehan es krim.

NICHO ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora