NICHO - 33

65.8K 4.5K 69
                                    

Hari berganti bulan banyak kenangan yang terlewat begitu saja. Sejak hari pertama sampai sekarang dapat dihitung sudah tiga bulan hubungan Nicho dan Vanya berjalan.

Hari Selasa yang panas tidak membuat siswa-siswa yang bergerak ke sana dan kemari itu lelah meskipun sudah dibanjiri keringat bahkan kaus olahraga yang dipakai basah bagian punggung membuat dalamannya tercetak.

Kemarin kepala sekolah mengumumkan kalau besok kegiatan belajar mengajar ditiadakan dan diganti dengan bersih-bersih sekolah. Hal itu mendapat sorakan gembira seluruh siswa meskipun bersih-bersih yang terpenting tidak ada tugas, acara maju ke depan mengerjakan soal, dan presentasi.

Tidak hanya itu kemarin juga kelas dibubarkan di jam pagi tepatnya pukul setengah sepuluh.

Sembilan lewat empat belas menit semua sudah lelah. Seperti ikan tidak ada air, mulut mereka terbuka dan mengeluarkan helaan napas yang memburu, dadanya bergerak naik turun diikuti keringat yang meluncur dari kening turun ke leher hingga dalam kaus.

Acara bersih-bersih ini karena besok ada seseorang yang datang menilai sekolah mereka, mangkanya seluruh murid, guru, semuanya berkumpul lalu berpencar membersihkan setiap sudut sekolah.

Di bawah pohon yang besar ada gazebo, di sana Vanya dan teman-temannya berkumpul. Botol minuman dingin berserakan di tengah-tengah mereka. Isinya sudah tinggal setengah ada juga yang habis.

"Gak kerasa udah tiga bulan aja," celetuk Nata menghadap ke langit-langit gazebo. Ia sedang rebahan.

Serra mengangguk. Raut wajahnya berubah sendu. "Udah mau lulus juga." Ia terkekeh lirih kemudian memandang penuh area sekolah. "Gue bakal kangen sekolah sama kalian."

Ivy membalas, "Dih, melas amat lo. Kalo kangen sama gue ya tinggal ketemuan."

Serra menolehkan kepala ke Ivy wajahnya berubah datar. "Gak bakal kangen sama lo!"

"Liat aja dulu," sahut Vanya songong. Susu kaleng di tangannya ia minum sampai habis. Tangannya meremas kaleng kosong sampai tidak berbentuk.

"Pulang aja lah, kuy?!" Vanya membuang dulu kaleng ke tempat sampah dengan cara dilempar. Memastikan masuk ke dalam ia menoleh, melihat wajah kusam penuh debu dan keringat teman-temannya.

"Gimana? Mau gak? Gue lagi males di sini. Juga sepuluh menit lagi udah bel pulang," imbuh gadis itu terus mengompori temannya agar mau diajak kerja sama.

"Nicho ke mana tumben lo berani biasanya jadi kucing imut," cemooh Nata dengan tampang mengejek. Dia menaikkan satu alis.

Vanya mendengus kesal diejek Nata. "Kantor. Lo diem deh Nat, kesel gue liat muka menyebalkan lo itu."

"Muka cantik gini dibilang menyebalkan. Gimana sama muka Ivy?" tanyanya dengan nada lesu padahal niat sangat ingin mengejek Ivy. Entahlah, sekarang mood nya bagus apa karena usai menghabiskan hari dengan tamu bulanannya?

"Jingan!" Gadis berambut acak-acakan itu mengumpat keras seraya melempar botol mineral yang penuh ke arah Nata.

"Kok gue yang kena sih, anjrot?!"

"Gak tau. Pengin aja nistain lo."

Melihat akan ada keributan Vanya menengahi keduanya. Kompak pukulan mendarat di lengan masing-masing. "Kok jadi ribut sih!"

"Gue nih lagi butuh jawaban kalian mau enggak pulang sekarang?!!"

"Pulang, ayok. Nih nyokap nelepon minta ditemenin ke kondangan," sahut Serra usai mematikan panggilan.

"Kondangan apa lamaran buat lo nih, Ser?" Goda Nata menaik turunkan alisnya.

Serra melempar bungkus camilan ke muka Nata. "Mulut lo!"

"Dih, amin kek barangkali ye kan," balas Nata tidak mau kalah sambil membuang bungkusnya.

"Berantem mulu lo. Pulang ayo!" Vanya berdecak kesal.

NICHO ✓Where stories live. Discover now