NICHO - 39

60.5K 4.3K 81
                                    

Hari Sabtu malam Minggu biasanya Vanya akan melakukan rutinitas sehari-hari seperti menonton film di laptop atau layar lebar yang dipasang dalam kamarnya. Menyimpan banyak drama Korea terbaru lalu maraton sampai pagi bersama camilan berupa popcorn rasa caramel. Atau, hibernasi sepanjang hari.

Vanya termasuk orang jarang bahkan hampir tidak pernah menyentuh buku novel berisi cerita romansa, fiksi remaja, horor atau lainnya. Alasannya, tidak jauh dari kata mereka, yaitu sering bosan dan mengantuk melihat deretan tulisan yang kalau dari jauh seperti bergandengan.

Namun, hari Sabtu sekarang berbeda. Vanya tidak dapat melakukan rutinitasnya karena Nicho mengundang keluarganya pergi ke kediaman keluarga Vernandez. Kali ini bukan hanya kedua orang tua Nicho dan adiknya melainkan keluarga besar Vernandez di rumah utama.

Bayangkan saja saat Vanya berada di sana. Banyak orang yang belum dia kenal. Vanya berpikir akan sulit untuk bersosialisasi. Ketakutannya itu yang sekarang membuat dia gugup sampai berkeringat dingin di area telapak tangan.

Dengan menggunakan dress hitam di bawah lutut yang mempertontonkan betis sampai setengah paha. Pintu diketuk setelah Vanya selesai memberikan sedikit bedak di wajahnya.

"Ya, mom, bentar!"

"Lama banget, sih, kalo dandan kayak mama dong cepet cuma tiga jam." Zelda mengomel dengan memukul lengan Vanya.

Vanya menautkan alis sembari berdecih lirih. Tiga jam mamanya bilang 'cuma'. Padahal Vanya tidak lama hanya membutuhkan waktu satu jam saja selesai lalu setelah itu mamanya masih aja ngomel. Aneh.

"Iya, ibunda kayangan," balas Vanya sedikit membungkukkan setengah badan seperti di kerajaan.

Zelda kembali memukul sekarang berganti di pundak sampai Vanya yang hampir berdiri tegap oleng.

"Apa, sih, ma?" Lama-lama Zelda ngeselin sama kayak papanya— Richard. Jelas, sih, soalnya mereka hidup bersama-sama di jaman dirinya belum ada di bumi.

"MAMA, VANYA, AYO!"

Suara papanya dari lantai bawah meneriaki ibu dan anak itu. Vanya memandang mamanya. "Duluan, ma."

***


Kediaman keluarga besar Vernandez sangatlah mewah dengan lampu-lampu mahal memenuhi seisi mansion yang terbilang sangat besar dan megah.

Hari ini Vanya tidak berangkat bersama dengan kedua orang tuanya ia lebih memilih bersama mobil kesayangannya.

Hal pertama yang Vanya gumam setelah melihat bangunan megah di depannya hanya decakan kagum. Keluarga Vernandez memang tidak main-main tentang kekayaannya walaupun Vanya juga sama kaya nya tetapi keluarga Vernandez yang paling tinggi.

Usai memarkirkan mobil Vanya berjalan menyusul Zelda, Richard, dan juga Kenzie yang sudah mendahului. Memakai high heels yang senada dengan dress yang sekarang Vanya pakai ia menjadi sulit untuk berlari mengejar tiga orang itu.

Karena kurang memperhatikan keadaan sekitar Vanya sampai tidak sadar ada orang yang berjalan. Hingga bruk. Vanya menabrak orang itu sampai jatuh seperti dengannya keadaan orang tersebut juga sama namun lebih parah bahkan ponsel yang Vanya ketahui milik orang itu tergeletak di bawah kakinya.

"Sial banget," gerutu Vanya sebelum bangkit dan memungut ponsel mahal sampai jutaan dari bawah kakinya. Sedikit ia menepuk bagian belakang dress.

Vanya menjulurkan tangannya di depan lelaki itu yang sibuk membersihkan kotoran di celananya.

Sadar dengan keadaan, lelaki yang ditabrak Vanya mendongak. Ia berdecak sebelum menerima uluran tangan Vanya.

Tautan tangan mereka terlepas begitu sosok lelaki tersebut sudah berdiri di depannya. Vanya memberikan ponsel warna hitam milik si lelaki.

"Kalo jalan tuh, liat!" sentak si lelaki sambil menunjuk wajah Vanya. Raut wajah si lelaki terlihat marah sampai urat pelipis menonjol keluar.

Kepergian si lelaki di balas gerutuan penuh umpatan kebun binatang yang keluar dari mulut Vanya. "Untung, ganteng."

***

Konflik enggak, ya?😊

NICHO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang