NICHO - 9

102K 7.9K 76
                                    

Setelah perdebatan tidak berfaedah sama sekali menurut Nicho akhirnya Vanya—gadisnya mau menuruti ucapannya untuk menginap di apartemen malam ini. Meski sempat resah karena Vanya takut kedua orang tuanya mencarinya namun Nicho sudah mengizinkan jadilah sekarang Vanya terdampar di atas kasur dengan layar televisi yang menyala.

Dia sendirian di dalam kamar ditemani suara kartun yang muncul di layar dan suara gemericik air di dalam kamar mandi. Nicho sedang mandi.

Kartun telah selesai berganti dengan tayangan berita yang lewat. Semakin besar rasa bosan menyelinap ke dalam dirinya, semakin besar pula rasa kabur dari kamar besar mewah yang Vanya sebut penjara sesaat untuknya atau mungkin saja selamanya.

Entah sudah berapa lama mengagumi interior kamar Nicho sampai ia tidak sadar dengan kedatangan Nicho yang masih memakai handuknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Entah sudah berapa lama mengagumi interior kamar Nicho sampai ia tidak sadar dengan kedatangan Nicho yang masih memakai handuknya.

"N-nicho," geram Vanya terlalu dibuat terkejut dengan Nicho apalagi keadaan cowok itu sekarang yang masih shirtless dengan handuk yang menutupi asetnya. Vanya memalingkan wajah ke samping lalu merosotkan badannya ke dalam selimut hingga tertelan. Di dalam selimut ia sibuk menggerutu sambil memaki Nicho yang santai dengan keadaannya yang begitu, apa dia tidak mikir kalau masih ada dirinya di dalam kamar? Sialan.

Sedangkan Nicho hanya tersenyum menyeringai dan memilih lanjut berjalan ke kasur dan mendudukkan dirinya di sana. Sengaja dirinya lebih mendekati Vanya.

Merasakan pergerakan kasur sontak membuat Vanya melotot dan refleks menjaga jarak. Vanya membalikkan badan masih dengan selimut yang menutupinya. Ia berujar, "Jangan deket-deket! Mau gu—aku dorong, hah?!"

"Hem." Nicho berdeham singkat. Suaranya serak-serak basah mungkin efek mandi pukul sebelas malam.

Vanya tidak ambil pusing ia masih berpikir apa Nicho sudah pergi atau belum tetapi kalau Nicho sudah pergi ia tidak merasakan pergerakan di kasur. Otaknya bekerja dan seperti memberi jawaban kalau Nicho sudah pergi secara diam-diam maksudnya pelan-pelan. Seakan jawaban itu memuaskan lantas Vanya membalikkan badan menghadap langit kamar dan membuka selimut dengan gerakan cepat lalu duduk dan bersandar di sandaran kasur. Rambutnya yang tergerai bebas ia kibaskan ke samping.

Menoleh ke kirinya Vanya langsung kaget dan hal itu sontak membuat Vanya lompat dari kasur untung saja pergerakan tanpa aba-aba itu tidak menimbulkan cedera pantatnya yang nanti akan sakit terbentur lantai marmer. Napasnya memburu diikuti tangan yang mengelus dada sembari mulut komat-kamit, bukan melontarkan mantra tetapi ia sedang mengumpat kecil.

Usai napasnya kembali teratur serta wajah tegang yang telah luntur Vanya lantas mengembuskan napas panjang agak lama dengan mata tertutup serta kepala menengadah ke atas.

Kembali tersadar ia langsung membuka mata dan melihat Nicho yang bersandar di sandaran kasur dengan tangan yang bergerak sensual menyugar rambut dan lidah yang sedikit keluar membasahi bibir bagian bawahnya. Mata Vanya berkedip lucu sampai tatapannya turun ke bawah dan berhenti di bagian tubuh atas shirtless Nicho.

Gumaman kecil terdengar jelas hingga ke telinga Nicho, "Wow."

Cowok itu menoleh dan menyunggingkan senyum nakal. Vanya masih belum sadar karena matanya tampak tergiur dengan pahatan sempurna yang diidamkan banyak kaum hawa.

"Tergoda, baby girl?"

"Shit." Vanya mengumpat. Ia ketahuan menatap perut cowok tersebut. Wajahnya memanas, malu.

"PAKE BAJU SANA!" jerit Vanya menggema seisi kamar.

Nicho yang mendengar tertawa terbahak-bahak sambil bangkit dan berjalan mendekati gadisnya yang malu tapi suka.

Jarak dekat Nicho menunduk dan memegang dagu gadisnya. Mengangkatnya perlahan hingga tatapan keduanya bertubrukan.

"Love you, baby."

NICHO ✓Where stories live. Discover now