NICHO - 4

130K 10.2K 78
                                    

Ruang tamu rumah Vanya begitu menegangkan. Wajah-wajah yang sumringah mendadak datar tanpa ekspresi seperti tamunya yang sedari tadi diam dengan memainkan jari-jari Vanya. Sedangkan pemilik jari ingin pingsan menatap wajah kedua orang tuanya yang kompak menatapnya dengan tatapan datar. Menoleh ke Nicho rasanya biasa saja jadi ia hanya bisa berdoa dalam hati semoga wajah yang datar itu diam-diam tersenyum manis.

"Vanya bikinin minum ya." Vanya yang hendak menolak rasanya tidak enak sekaligus ngeri juga melihat sang papa yang menatapnya begitu dalam seperti vampir. Dengan berat hati Vanya menyanggupi sebelum ia beranjak lebih dulu ia menoleh ke sampingnya, Nicho menatapnya saja tanpa bersuara hal itu semakin membuat Vanya gugup. Menarik tangannya yang dipegang begitu erat oleh Nicho ia bangkit dari sofa dan melipir ke dapur sembari mencepol rambutnya asal. Lupa dengan kata mandi membuat Vanya berhenti di tengah jalan dan mencium ketiaknya. Ia mendesah lega karena ketiaknya masih fresh dan harum.

Di ruang tamu Nicho dengan santai duduk tanpa takut. Ia tersenyum manis seraya mengangguk membalas ucapan papa dan mama Vanya.

"Nicho?" panggil papa Vanya dengan suara bass seperti bapak-bapak pada umumnya namun yang patut diacungi jempol papa Vanya meski sudah mempunyai anak dua dia tidak terlihat tua, pahatan wajah sempurnanya menolak untuk keriput.

Nicho yang dipanggil memposisikan duduknya dengan hati berdegup kencang walaupun mukanya datar tidak dapat disembunyikan kalau jantungnya itu diam-diam berdetak tidak karuan. "Iya, om?"

"Jaga Vanya."

Sebelum diberitahu Nicho sudah tahu. Ia mengangguk sembari tersenyum kecil lalu setelah itu papa Vanya bangkit dari duduknya lantas Nicho ikut berdiri. Ia kira akan diusir namun dugaannya salah tatkala tepukan dengan remasan di pundaknya membuat ia kembali sadar. Nicho menoleh dengan muka cengo tanpa bisa dicegah senyumnya mengembang dengan lebar ia membalas tatapan mata papa Vanya seraya mengangguk.

Nicho menghempaskan tubuhnya ke sofa sepeninggalan kedua orang tua Vanya naik ke lantai dua. Matanya ia pejamkan. Semua memori awal pertemuan dengan Vanya ia putar kembali bagai kaset.

Mendengar langkah kaki mendekat Nicho kembali membuka mata, melongok ke samping ia mendapati Vanya yang membawa nampan berisi minuman untuknya. Menatap wajah natural Vanya membuat senyumnya mengembang namun ia tahan membentuk senyum tipis.

Merasa di tatap akhirnya Vanya menoleh. Vanya mengerutkan keningnya bingung melihat wajah Nicho yang cerah tidak seperti tadi, keruh. Mendaratkan pantatnya di sebelah Nicho sembari menaruh nampan di atas meja ia langsung duduk menyerong demi melihat Nicho. Satu tangannya ia taruh di sandaran kursi dengan satu tangan lain yang berkacak pinggang. Vanya memicingkan matanya mencari sesuatu di bola mata hitam milik Nicho, namun, belum semenit sentilan di kening ia dapat dari Nicho.

Vanya mendengus sebal seraya mundur memberi jarak antara keduanya. Kakinya ia naikkan dan bersila dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Niat ingin membuat Nicho ilfeel dengan tingkahnya yang tidak ada anggunnya sama sekali maka dari itu Vanya seperti ini. Melirik dari ekor matanya Vanya menangkap Nicho yang tengah memperhatikannya dengan intens membuat Vanya meneguk saliva susah payah.

Nicho beringsut mendekat sampai jarak sudah dekat tangannya yang bebas ia taruh di belakang kepala Vanya tanpa sepengetahuan. Melihat sikap tak acuh Vanya diam-diam Nicho menarik sudut bibirnya membentuk seringai.

Cup!

Mata Vanya membulat sempurna dengan gerakan super cepat Nicho yang mencium bibirnya. Vanya memberengut sebal langsung saja menghentakkan kedua tangan Nicho yang bertengger di pinggang dan tengkuknya. Wajah keduanya saling berhadapan, keduanya seakan saling bertukar napas dengan jarak sedekat ini.

"Berengsek!" umpat Vanya.

"Cowok berengsek ini pacar kamu, kalo lupa."

NICHO ✓Where stories live. Discover now