NICHO - 38

62K 4.4K 44
                                    

Sebelum mendekati hari kelulusan. Nicho dan teman-temannya bersama membuat rencana liburan, maka dari itu sekarang keempat lelaki tampan yang diidamkan oleh kaum hawa duduk melingkar di warpak tempat biasanya mereka kumpul alias warung pakde. Dengan secangkir kopi di meja dan juga asbak rokok.

Si pecandu nikotin satu ini tampaknya sudah vakum dari dunia rokok dan sebab itulah dia berganti ke permen karet. Siapa lagi kalau bukan Rangga. Kemungkinan besarnya penyebab vakumnya dia dari batang nikotin yang membuat candu itu karena kekasihnya—Serra.

Nicho menyeka sudut bibirnya setelah menegak soda dalam kaleng. Tiba-tiba saja dia langsung serdawa kecil yang membuatnya secara spontan menutup mulut.

Gama—siswa kesayangan guru satu ini sudah jelas berbeda tidak seperti biasanya yang selalu membaca buku dengan kacamata yang bertengger di pangkal hidungnya. Cowok ini asik menghisap batang rokoknya berada di antara bibir.

"Awas kecanduan!" Rangga memperingati Gama. Karena sebagai teman yang baik dan tidak sombong lebih dulu Rangga bilang begitu. Sekali saja mencoba pasti akan kecanduan contohnya saja dia sendiri.

Gama mengangkat bahunya tak acuh. Menurutnya, gampang agar tidak mudah kecanduan nikotin satu ini. Yaitu, diri sendiri. Gama buktinya, kelas sebelas tahun lalu dirinya pernah merasakan hangat akibat sebatang rokok karena keingintahuannya yang saat itu besar dan tak ayal ia mencoba sampai kecanduan hampir satu bulan.

Sehari ia dapat menghabiskan satu kotak. Sempat dulu merasa sesak sampai di rawat akhirnya Gama memutuskan menyudahi aktivitas jeleknya itu dengan memaksa diri untuk menolak keinginan merokok.

"Dia seniornya," sahut Zean pongah. Pemilik netra biru laut itu sangat cerah. Terlihat sang empunya bahagia sampai caranya memandang pun ikut berubah.

Zean itu pemilik vibes yang positif. Dia suka senyum kadang matanya berkedip asal ke kaum hawa yang membuat hari mereka menyenangkan. Bila berdekatan dengan Zean dapat dipastikan hawa di dekat bakal berubah menjadi lebih baik. Orangnya saja humoris.

Ingat bukan waktu pertama kali Vanya melihat para mostwanted boy ke kantin. Dan, saat itu ia melihat salah satu dari mereka yang banyak tingkah dan terlihat humoris. Jawabannya yang pasti itu, ya, Zean.

"Pendapat kalian dulu mau di mana." Gama angkat suara usai menyudahi menghisap benda nikotin nya. Setelah lama berpikir lebih baik ia memilih opsi pendapat barulah berlanjut ke kesepakatan.

Zean angkat tangan dengan wajah ceria. "Ke pantai!" seru nya. Satu hal yang belum diketahui secara publik kalau sebenarnya Zean itu penyuka pantai. Penyuka pantai pastinya sangat suka ombak, Zean selalu pergi ke pantai saat hari libur. Di sana ia sering surfing.

"Ide lo bagus," sahut Gama seraya menyunggingkan senyum lebar. Punggung tangannya mengusap pipi kala merasakan air dari minuman dinginnya.

Gama menoleh ke Nicho yang anteng dengan tangan yang memutar kunci motor di atas meja. "Lo, Nich?"

"Gue ikut kalian," jawab Nicho seadanya tetapi ada benarnya. Selama baik menurutnya dan tidak merugikan dirinya Nicho setuju-setuju saja.

"Gue pengin muncak," celetuk Gama tetapi tidak lama ia kembali meralat, "Tapi ogah."

Zean terkikik geli sambil melempar kulit kacang ke muka Gama.

"Ke club gimana?" Usul Rangga dengan alis naik turun.

"Enggak." Serempak mereka menjawab. Rangga spontan memegang dada kaget juga merasa terhina.

"Jangan aneh-aneh deh Rang. Otak lo!" ujar Gama sengit. Ia tahu ada maksud dari perkataan Rangga. Tidak mungkin otak atas itu selalu positif.

Rangga memutar bola mata malas. "Gak asik, ah."

Nicho menegakkan punggung. "Kita ke pantai. Pantai keluarga gue, di sana ada villa juga. Gimana?"

NICHO ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن