NICHO - 20

82.6K 6.5K 45
                                    

Hi. Uwah first day i say hello you'll

***

"Aku turun dulu, ya? Kamu hati-hati bawa mobilnya. Dadah ...."

Baru saja tangannya menggapai pintu cekalan di tangannya membuat ia mengurungkan niat. Menoleh ke Nicho ia mengangkat satu alisnya.

Raut wajah Vanya seakan mengucapkan 'apa?'. Tetapi Nicho seolah sulit mengucapkan sepatah kata, lidahnya kelu.

Vanya masih menunggu. Sejenak ia membenarkan posisi duduknya menjadi menghadap ke Nicho yang masih mencekal pergelangan tangannya, tatapan laki-laki itupun tidak teralihkan sama sekali membuat Vanya yakin seyakin-yakinnya kalau ada hal yang ingin dibicarakan.

Seperti mengerti perasaan Nicho Vanya mengelus lengan sampai punggung tangan Nicho yang berada di pergelangan tangannya ia berhenti dan menggenggamnya dengan kuat seolah menghantarkan energi supaya cowok itu sedikit tenang.

"Ada yang mau dibicarain?" tanyanya dengan lembut.

Nicho sangsi ia hanya bisa menatap manik coklat Vanya yang menatapnya dengan lembut.

Tidak menjawab Nicho memilih menjauh dan keluar dari mobil. Perlakuan Nicho yang luar biasa aneh membuat Vanya mengikutinya dengan cepat. Vanya pun ikut-ikutan keluar dan menyusul Nicho yang hampir di samping pintu mungkin cowok itu ingin membukakan pintu untuknya tetapi kalah cepat.

Vanya memegang lengan Nicho. Menarik sedikit kuat walaupun tahu tenaganya dengan tenaga Nicho kalah jauh tetapi ia berusaha dan berhasil Nicho menghadap ke dirinya.

"Kenapa, sih? Bilang jangan diem aja." Kesabarannya hampir habis sekarang saja emosinya mau meluap untungnya ia bisa mengendalikannya, meskipun sedikit.

"Mau minta restu," ucap Nicho tanpa beban malahan santai.

Sedangkan, Vanya terpaku di tempat. "Minta restu?" Beo Vanya. Sedetik kemudian ia menoleh ke Nicho yang sama sekali tidak berekspresi.

"Minta restu, apaan?" Vanya terlalu bingung. Otaknya yang biasanya encer dan cepat tanggap kali ini susah mencerna setiap kata Nicho.

***

Dihadapan Nicho sekarang ada kedua orang tua Vanya. Vanya sendiri sudah ngacir ke lantai dua. Jadilah sekarang Nicho menghadapinya sendirian.

"Pa, ma, Nicho mau minta restu," ucap Nicho lancar tanpa hambatan.

"Emang mau ngapain segala pake restu?"

Mama Vanya yang mendengar sontak memukul lengan suaminya. "Pa!"

"Apa, ma?"

"Udah punya apa kamu sampe berani minta restu? Emang saya restuin?" tanya papa Vanya dengan rentetan pertanyaan. Sekali lagi mama Vanya memukul lengan sang suami. Menurutnya suaminya itu menyebalkan.

Mari kita mengenal mertua dari Nicho. Sejak pertama sampai sini kita lupa dengan mereka jadi sekarang mari saya kenalkan.

Papa Vanya yang mempunyai anak dua tetapi wajahnya seperti umur dua puluh lima-an. Richard Xandreas sifatnya sedikit dingin dan jahil. SMA dikenal dengan murid nakal yang selalu bolos dan mampir ke warung sebelah sekolah. Namanya saat itu menjadi trending topik.

Dan, wanita cantik di sebelahnya yang selalu setia menemani Richard kemanapun adalah Zelda Xandreas. Dulu ia dan Richard adalah sahabat. Pertama mengenal saat rumah mereka saling berdampingan dan saat itulah keduanya menjadi sahabat. Sifatnya bar-bar, galak, tetapi juga lembut di satu waktu. Karena saat itu Richard belum menikah dan selalu disebut penyuka sesama pria, Zelda yang tidak tahu apa-apa menjadi terseret ke rencana Richard.

Kenzie Xandreas. Anak kedua dari dua bersaudara. Hasil pembuatan 3 hari berturut-turut papa Richard dan mama Zelda yang membuahkan hasil anak tampan. Sifatnya mirip Richard dengan campuran lembut milik Zelda. Masih single, tapi suka bikin anak orang baper tanpa tanggung jawab.

"Punya perusahaan yang diwariskan Daddy. Rumah hasil tabungan saya, blackcard, mobil, semua ada kok pa. Kalo perusahaan emang hasil kerja Daddy tapi nanti Nicho bakal bangun lagi hasil kerja keras Nicho sendiri," jawab Nicho lugas dan tegas.

Sedangkan Richard yang mendengar speechless di tempat. Niatnya 'kan mau jahilin tapi kok-.

"Ya udah saya restuin," ujar Richard. "Bentar. Ini minta restu mau ngapain? Mau kawin?"

Zelda dengan gemas mencubit perut suaminya. "Serius ngapa. Kamu bawaannya nyebelin mulu."

"Nyebelin gini hasilnya bibit unggul semua."

Nicho menahan tawanya yang hampir menyembur keluar melihat pasutri di depannya sekarang. Nicho berdeham. Ia tersenyum tipis lalu berujar, "Mau minta restu buat tunangan, pa."

Richard mengangguk sudah tahu pasti kalau kejadian seperti ini bakal terjadi.

"Papa sama Mama setuju," sahut Zelda antusias.

Nicho bernapas lega. Mengikat lebih dalam Vanya semakin dekat. Kalau saja ia diperbolehkan menikah di usia muda Nicho dengan segera melakukannya.

"Oh, ya, pa, ma. Papa sama Mama diundang makan malam sama Daddy di restoran Daddy yang baru. Sekalian mau bicarain tentang pertunangan," jelas Nicho.

Richard bertepuk tangan bangga. "Calon menantu, nih. Oke, papa sama Mama dan juga Vanya bakal dateng ke sana."

NICHO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang