NICHO - 41

78.6K 4.6K 19
                                    

Tiga tahun sudah mereka menempuh jenjang sekolah menengah atas. Tadi pagi mereka semua ke sekolah karena mengingat hari kelulusan telah tiba, kebahagiaan tidak sampai di situ saja kala bapak kepala sekolah menyatakan lulus semua.

Riuh suara sorakan, tepuk tangan, pelukan hangat dan balon meletus mengisi kebahagiaan. Setelahnya, mereka mendapat coklat dan bunga dari sekolah dengan kartu ucapan berbeda-beda yang diselipkan.

Karena, malam besok akan diadakan acara promnight. Jadilah, sekarang delapan remaja berada di pantai masih dengan pakaian yang tadi di pakai.

Angin berembus kencang saat semua turun dari mobil. Para remaja laki-laki sudah melepas jas nya masing-masing menyisakan kemeja putih tanpa dasi dan kancing yang terbuka dua. Mereka adalah Nicho, Zean, Rangga, dan juga Gama. Sembari bersandar di kap mobil tatapan keempat tertuju ke air yang bergelung sampai ke daratan.

Diikuti pintu samping kemudi keluar para gadis cantik dengan pakaian kebaya. Menyusahkan memang tetapi rasa itu hilang manakala melihat air pantai yang berjarak sekitar tiga puluh langka dari mobil di parkir.

Rambut mereka yang digelung sudah tergerai indah. Alas kaki berupa hak tinggi atau high heels entah sudah ke mana. Beralas telapak kaki saja empat gadis itu berjalan bersama menuju bibir pantai yang tampak menggoda.

Dari belakang para cowok saling bertatapan seakan mengerti maksudnya mereka ikut melangkah.

Ingat, bukan kalau saat hari kelulusan tiba mereka akan merencanakan sesuatu untuk sekadar refreshing karena lama tidak menyejukkan otak, mata selama setahun belakangan, juga untuk liburan sesaat karena lulus.

Pantai sepi tentu karena milik pribadi keluarga Vernandez. Pantai bersih tanpa sampah ini sangat indah. Air nya biru jernih. Zean langsung semangat seperti anak kecil yang melihat mainan incaran. Melihat ada papan selancar atau board lantas Zean berlari ke sana.

"Bocah," cibir Gama dengan geleng-geleng kepala geli. Karena sedikit bisa surfing akhirnya dia memilih ikut mengambil papan selancar.

Sedangkan Rangga sudah nyebur duluan dengan keadaan setengah telanjang maksudnya tanpa atasan. Pemuda satu itu sudah jauh dari mata.

Vanya berpencar dengan teman-temannya. Ia mendekati Nicho yang duduk di atas pasir. Sebelum menurunkan badannya Vanya sudah lebih dulu ditarik Nicho hingga duduk diantara kedua kaki milik Nicho.

Nicho memajukan badan sampai wajah berada di dekat pundak baru ia menaruh di sana dengan kedua tangan memeluk erat pinggang gadisnya. Embusan angin membuat rambut gadisnya berterbangan ikut terbawa alhasil Nicho mengumpulkan rambut itu lalu ia gulung tanpa karet ke atas. Hasilnya memuaskan walaupun sebagian anak rambut keluar dari gulungan tetapi kesannya Vanya tampak elegan.

Selain itu juga karena panjangnya rambut Vanya membuat gampang digelung.

Leher jenjang putih yang bersih ditatap Nicho dengan mendamba. Ingin rasanya menyesap kembali sampai menghasilkan karya indah nan memuaskan tetapi tidak saat ini sebab di tempat terbuka.

Mengingat kembali saat di kamar waktu acara keluarga besar Nicho sempat meninggalkan bekas kissmark tetapi sekarang sudah hilang.

Tangan berurat itu mengelus leher gadisnya dengan gerakan pelan. Vanya yang tengah menikmati keindahan pantai meremang. Ia melirik ke Nicho sebentar wajah tampan itu tersirat biasa saja tetapi tangannya bergerak sensual. Tidak mau merusak suasana Vanya hendak bangkit pindah posisi akan tetapi tertahan karena ulah tangan Nicho yang memeluk erat pinggangnya.

"Stay here baby!" Nada bicara Nicho berat di telinga Vanya. Tiba-tiba pergerakan itu hilang berganti elusan di pipi. "Gorgeous."

Entahlah, Vanya tidak tahu maksud dari perkataan Nicho yang menjurus ke dirinya atau pantai. Tidak mau berlebihan Vanya hanya diam dengan otak yang terus mengulang 'Nicho gak muji lo, tapi muji pantainya'.

"It's you, baby. You are so gorgeous."

Vanya termangu dengan pandangan tertuju ke gelombang besar yang dikejar Zean juga Gama. Pikirannya tiba-tiba blank menerima pujian yang sudah membuat pipinya merona tomat.

Melihat rona pipi gadisnya Nicho tergelak. Dengan lirih ia berbisik, "so cute."

Vanya menahan kedutan di ujung bibirnya yang pengin sekali tertarik ke atas.

"WOI JANGAN MESRA-MESRAAN!"

"DASAR MESUM!"

"MENDING DI KAMAR AJA!"

Teriakan dari teman-teman mereka membuyarkan keromantisan keduanya. Nicho melepas lilitan tangan dengan decakan kesal keluar dari mulutnya. Vanya malu sampai wajah ke telinga merah untung saja mereka jauh jadi tidak meledek wajah merahnya.

NICHO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang