NICHO - 5

135K 8.9K 47
                                    

Empat pemuda tampan yang berada di warung samping sekolah ini rupanya kabur dari kejaran Bu Denok—guru wanita berbadan gempal seperti gajah kalau kata mereka.

Cowok yang rambutnya dikucir dan menyisakan rambut potongan pendek serta poni yang jatuh ke dahi itu menghisap dalam rokoknya yang terselip di sela jari. Bajunya yang acak-acakan memperlihatkan kaus hitam melekat di tubuhnya dan mencetak bagian yang terlihat keras dan kotak di sana. Merasa asap sudah penuh Rangga mengembuskan nya perlahan ke udara dengan kepala mendongak. Ia mendesah panjang begitu asap melewati lubang hidung.

Rangga sahabat dari Nicho terkenal nakal tapi murah senyum. Belum pernah pacaran tetapi selalu membuat hati siapapun patah dengan tingkahnya. "Akhir-akhir ini lo jarang gabung sama kita, Nich," ujar Rangga sembari membuang sisa rokoknya ke tanah dan menginjaknya.

Cowok pemilik netra biru itu menjitak kepala Rangga dengan senang hati sekaligus dendam pribadi karena kemarin ia di dorong Rangga sampai jatuh ke kolam renang. Namanya Zean plesetan dari nama laut. "Lo kudet banget apa gak tau, kalau Nicho kemarin jadian sama Vanya," balas Zean, gemas.

Rangga shock di tempat sambil memegangi dadanya ia menoleh ke Nicho yang biasa saja tidak terlalu membuang-buang ekspresi. "Hah? Seriusan? Heh, tolongin gue! Gue keselek kulit kuaci." Dengan memukul dadanya berulang kali ia masih menatap ke Nicho.

Gama yang dekat dengan Rangga sontak memukul keras punggung cowok itu sampai suara seperti orang muntah terdengar.

"Si anying lo mau bantuin gue ngeluarin kulit kuaci atau mau bantuin malaikat cabut nyawa gue?!!" tanya Rangga bersungut-sungut dengan wajah merah karena sehabis tersedak dan juga marah, kedua tangannya bergerak seolah mencakar wajah polos-polos bangsat Gama.

Cowok di kenal pintar di kalangan guru itu hanya mengangkat bahunya tak acuh lalu lanjut dengan benda pintarnya apa lagi kalau bukan ponsel. Rangga yang melihat tak acuhnya Gama mendengkus sebal kembali ia menoleh ke Nicho yang masih setia diam dengan mata terpejam menikmati embusan angin kencang yang menerpa wajah mereka semua.

"Serius, Cho?" Rangga belum percaya kalau tidak dari mulut Nicho sendiri.

"Gue bilang iya, lo kagak percaya amat dah sama gue," sahut Zean sedikit menggerutu padahal ia berucap jujur. Apa tampangnya yang tampan terlihat meragukan? Memikirkannya saja membuat Zean kesal sendiri.

Keributan yang dilakukan kedua temannya membuat Nicho yang tengah terpejam membuang napas kasar. Matanya yang tajam menatap Rangga membuat cowok manis seperti orang Korea itu meneguk ludah dengan susah payah. Rangga terkekeh canggung sembari menggaruk belakang lehernya ia mengangkat dua jari perdamaian. "Maap," katanya dengan cengiran khasnya.

Nicho tidak peduli ia membuang muka kembali memejamkan kedua matanya.

***


Sekolah tidak jauh-jauh dengan istilah berhenti sejenak atau biasa disebut dengan jam istirahat agar otak yang lama bekerja tidak panas. Di sini, kantin sekolah ramai hampir semua siswa maupun siswi mulai dari seangkatan hingga adik tingkat ke kantin. Meja paling pojok sendiri tempat Nicho dan teman-temannya berada sekarang menjadi sorotan para siswi banyak pula yang sengaja berseliweran guna mencari perhatian mereka.

Berbeda dengan yang lain Rangga satu-satunya yang suka menggoda dan melayangkan gombalan receh miliknya tak luput kedipan maut yang mampu membuat jantung mereka berdetak tak karuan.

Mata Nicho tidak berhenti menatap pintu masuk kantin, sedari tadi perasaannya tidak enak tapi ia sudah mencoba mengenyahkannya.

"Biasa aja kali liatinnya nanti juga dateng," ujar Zean seakan tahu apa yang dinantikan Nicho.

Nicho hanya menjawab dengan dehaman singkat tanpa mengalihkan sedikit pun atensi dari pintu kantin yang dilewati banyaknya siswa. Hingga seseorang yang ditunggu-tunggu kehadirannya datang dengan tawa bersama tiga sahabat lengketnya. Sudut bibir Nicho tertarik ke atas sedikit membentuk senyum tipis, tanpa menunggu lama ia beranjak dari duduknya dan melangkah mendekati Vanya.

"Si bucin," gerutu Gama pelan.

Rangga menaikkan satu alisnya mendengar gerutuan Gama sama seperti cowok itu Rangga ikut-ikutan menatap Nicho yang berjalan ke arah Vanya. Menoleh ke Gama ia tersenyum menggoda ke cowok itu, "Iri? Bilang dong."

Gama menipiskan bibirnya, dengan tajam ia menatap Rangga seolah mangsa. "Diem lo!"

NICHO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang