NICHO - 17

84.3K 6K 16
                                    

Pergantian malam dan pagi terasa begitu cepat. Pemuda yang baru beranjak dari kursi balkon mendesah panjang. Tiba-tiba rasa kantuk menyerang tetapi sekarang sudah pukul tiga hampir setengah empat lebih. Susah tidurnya disebabkan ia sulit untuk menutup mata padahal hanya menutup.

Maka hal itu Nicho gunakan dengan merokok sembari duduk dengan selonjoran di balkon. Alih-alih ingin membuat badan hangat saat berada di balkon tetapi benda nikotin itu tidak berefek sama sekali.

Nicho menoleh tatkala pintu kamarnya dibuka. Sembari menunggu orang itu datang, Nicho menyandarkan punggungnya di pembatas balkon dengan melipat tangan depan dada. Puntung rokoknya sudah ia injak.

Merasakan kedatangan Anne lantas Nicho bergerak masuk. Sendal hangat rumahannya yang tadi terasa begitu sangat dingin menjadi hangat kala ia melangkah masuk ke dalam. Sebelum benar-benar menuju sang mommy yang melipat tangan dengan kepala yang di geleng-geleng Nicho menutup pintu penghubung dan gorden.

"Belum tidur mom?" tanya Nicho berjalan mendekati Anne yang duduk di tepi kasurnya. Nicho ikut duduk di sebelahnya.

"Yang tanya gitu mestinya mommy bukan kamu." Marahnya dengan berkacak pinggang seraya menjewer telinga sang anak. Nicho terkekeh kecil. Jeweran mommy nya tidak ada sakitnya sama sekali. "Kamu kenapa belum tidur?" tanya Anne setelah melepas jewerannya.

Nicho menatap wajah sang mommy sembari mengelus daun telinganya. Ia mengangkat bahunya tak tahu dan memilih meletakkan kepalanya di paha Anne.

"Mikirin Vanya?" Tebak Anne.

Nicho diam namun tangannya menuntun tangan mommy nya ke rambut. Meminta dielus rupanya.

"Gengsi gedein," ejek Anne sarkas.

Nicho bergumam tidak jelas kemudian memejamkan mata. Elusan mommy nya membuatnya mengantuk.

***

 

"Dad ... dy." Hazel si kecil lucu itu sibuk menarik dasi yang dikenakan Daddy nya kelakuannya itu membuat Zavi yang menggendong anaknya menekuk muka masam.

"Sayang," teriak Zavi setengah merengek ke istrinya yang tengah berganti baju di walk-in closet. 

"YA!" balas Anne berteriak kencang.

Teriakan dari Anne membuat Hazel memekik kaget dan spontan memeluk leher Zavi. Laki-laki itu tertawa kecil.

"Mommy kalo teriak kayak di hutan," bisik Zavi dengan cekikikan yang dibalas cekikikan pula dengan anaknya.

***

 

Tampilan Nicho sekarang sangat urakan. Kemeja yang dikeluarkan dan sengaja dibuka memperlihatkan kaus hitam melekat di sana. Meskipun Nicho biasa seperti itu namun jarang dibuka biasanya cuma dua sampai tiga kancing yang tidak dikancingkan. Rambutnya acak-acakan namun terlihat semakin tampan. Tas menggantung di bahu kanannya.

Pekikan dari siswi yang melihat mostwanted boy datang menyambut Nicho yang berjalan sendirian. Tampangnya datar tidak begitu peduli dengan mereka, semakin membuat keadaan memanas.

Dari arah belakang ada Gama yang sibuk membaca dengan berjalan. Ada kacamata yang bertengger manis di hidungnya. Fokusnya sama sekali tidak teralihkan dari buku yang berada ditangannya meskipun suara kaum hawa sampai jeritan Gama masih tetap fokus ke deretan tulisan yang rapi tersebut.

Tepukan di bahu Gama menyadarkan cowok itu. Ia menutup bukunya dan ia peluk. Sembari menoleh ia menyugar rambutnya yang berjatuhan ke dahi.

Gama menaikkan alisnya dengan menepuk pundak Zean. Tangannya ke depan bermaksud melakukan tos ala mereka. "Udah lama?" tanya Gama.

Zean menggeleng sembari mengacak rambutnya ia mengedipkan matanya nakal yang disambut sorakan kesenangan dari siswi lainnya. "Gue baru aja dateng. Tumben tuh anak gak rapi."

"Gak tau," sahut Gama menatap punggung Nicho yang hampir menghilang di tikungan.

"Rangga udah dateng belum?" tanya Zean.

Gama mengangkat bahunya tidak tahu. Selama di parkiran sampai di sini sama sekali ia tidak melihat Rangga. Apa mungkin ia terlalu fokus membaca sampai tidak tahu? Entahlah, Gama malas memikirkannya.

"Nanti juga dateng. Sabar aja tuh anak emang suka telat," ujar Gama.

NICHO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang