NICHO - 23

71.9K 5.9K 15
                                    

"Nicho, kamu jangan gila deh. Kita masih SMA dan kamu malah minta tunangan, are you kidding me?!"

Vanya benar-benar ingin menghilang dari sini. Merasa menyesal mengikuti kemauan mamanya. Vanya mengacak surai nya dengan kesal kemudian membuang napas kasar. Tidak terbayangkan kalau hubungan yang tanpa sengaja ini terjalin semakin jauh.

Sekarang keduanya berada di mobil menuju apartemen setelah pertukaran cincin dan ucapan selamat dari dua keluarga acara makan malam pun selesai. Dan, saat ingin pulang Nicho meminta Vanya untuk menginap di apartemennya, lagi. Sempat menolak namun kedua orang tuanya lebih berpihak ke Nicho.

Tentang Nicho ternyata kedua orang tuanya sudah tahu dia siapa. Mangkanya waktu Nicho pertama kali datang ke rumah, papa dan mamanya saat itu tampak biasa saja. Dan, satu lagi rahasia yang belum Vanya ketahui baru saja terkuak kalau ternyata kedua orang tuanya itu berteman dekat sangat dekat malahan dengan kedua orang tua Nicho.

Setelah mendengar cerita panjang itu Vanya semakin kesal. Kenapa dirinya tidak diberitahu?

Turun dari mobil yang sudah terparkir rapi di dalam basemant. Vanya masih saja menggerutu sesekali ia melihat cincin cantik yang tersemat di jari manisnya. Menarik napas panjang. Sedetik kemudian ia tersenyum tipis.

Menoleh ke samping Vanya tidak menemukan Nicho. Kembali ke posisi menyandar di samping pintu yang pastinya menghadap depan Vanya membulatkan matanya, bibirnya tertarik ke dalam.

"Ish ... tunangan nya masih di parkiran dia malah pergi duluan, tungguin kek, gak romantis ih, ngeselin." Vanya berjalan mengikuti langkah lebar Nicho.

***

Pintu tertutup dengan keras, pelakunya Vanya. Gadis itu berjalan cepat setelah sampai di samping sofa ia langsung menjatuhkan dirinya di sana.

"Aaa ... lega banget. Punggung rasanya pegel, gila." Vanya mendesah panjang dengan kaki bergerak liar mencoba melepas high heels 5cm nya.

Di tangannya sekarang terdapat remote televisi. Tayangan malam kali ini hanya film luar negeri dan sedikit tentang berita terbaru. Bosan, akhirnya Vanya mematikan benda persegi itu lalu melempar remote nya ke sofa seberang.

Mengganti posisi menjadi duduk Vanya masih diam belum sama sekali bangkit.

Merasa tenggorokannya kering lantas ia beranjak dari duduknya dan melangkah ke area dapur. Di sana, Vanya menemukan Nicho yang berkutat dengan kompor.

Grep ...

Vanya memeluk Nicho dari belakang. Tubuh Nicho merespon dengan baik membuat Vanya terkekeh kecil. "Tegang amat."

"Ngapain, hm?" tanya Nicho dengan lembut seraya mengelus punggung tangan gadisnya.

"Haus," ucap Vanya. Kemudian melepaskan pelukannya dan melipir ke kulkas. Di dalam banyak sekali bahan makanan dan juga minuman. Hawa sejuk dari dalam menghentikan kegiatan Vanya.

Cukup lama berdiam di depan kulkas yang terbuka hanya ingin menikmati udara dinginnya. Melihat isi dalamnya Vanya langsung mengambil satu buah apel dan sebotol air dingin.

Dengan berjalan mulutnya aktif menggigit buah itu dan mengunyahnya.

Dari belakang Vanya dengan leluasa melihat punggung tegap yang terekspos itu. Sekarang, Nicho tidak memakai atasannya.

"Sayang?" panggil Vanya sengaja menggoda.

Nicho tidak menoleh sama sekali malah semakin berkutat dengan kompor dan teman-temannya.

Tidak mau kalah. Vanya kembali memanggil, "Sayangnya Vanya?"

"Gantengnya aku?"

"Baby ...." Vanya pura-pura merengek dengan wajah yang dibuat cemberut. Semakin begitu, semakin menghayati.

Tidak berhasil.

"Honey, babyy?"

Percobaan kelima tetap sama respons nya seperti itu saja. Vanya membuang napas kasar, ia menyerah dan memilih menempelkan pipinya di permukaan meja pantry.

"Nicho mah gitu," cibir Vanya.

"Udah mulai nakal, ya?" Dari belakang suara berat serak basah mengagetkan Vanya.

Vanya menoleh mendapati Nicho yang tersenyum menyeringai.

"Damai, hehe." Vanya mengangkat kedua jarinya. Nicho yang gemas mencium bibir Vanya sampai sang empunya hampir kehilangan napas.

Vanya menepuk dada dan mendorong tubuh kekar Nicho menjauh. Rasanya sesak kekurangan pasokan oksigen membuat mukanya memerah merona.

Mengipasi wajahnya ia menatap Nicho dengan sebal. "Mau bikin aku mati, hah?!"

Nicho terkekeh geli. Mengacak surai gadisnya ia mengedipkan satu matanya. "Enggak, baby."

NICHO ✓Where stories live. Discover now