NICHO - 37

62K 4.7K 101
                                    

Sudah satu Minggu berlalu akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu selesai. Ujian siswa kelas dua belas sudah berakhir. Sambutan sorakan para siswa kelas dua belas memenuhi lapangan, mereka saling melempar seragam, topi, dasi bahkan botol minuman.

Adik tingkat mereka ikut datang ke sekolah demi meramaikan acara selesainya hari ujian. Mereka datang tidak dengan tangan kosong melainkan membawa bunga mawar dan ucapan selamat yang nantinya bakal dibagikan ke seluruh kakak tingkatnya secara random. Itupun harus adil.

Tetapi, dibalik surat ucapan itu ada kalimat pernyataan cinta. Bahkan, ada juga yang sampai cinta lokasi.

Rangga, Gama, Zean cengar-cengir setelah mengikuti acara lempar di tengah lapangan. Di tangan mereka terdapat banyak bunga dan surat berbagai macam warna amplop. Isinya tidak lain dari pernyataan cinta murid perempuan yang suka diam-diam.

Sedangkan, Nicho memilih berdiam di kelas gadisnya. Apalagi kalau bukan menebar keromantisan. Teman-teman gadisnya juga sudah hilang dari pandangan kalau tidak salah dengar mereka pergi ke lapangan ikut serta melempar.

"Lulus kita langsung nikah!" Spontan Nicho mengucapkan itu. Tentang hal berbau pernikahan Nicho masih terus mendesak agar cepat-cepat padahal Vanya sudah bilang kalau itu bisa nanti saat keduanya lulus kuliah atau di pertengahan kuliah.

Vanya memutar bola matanya diam-diam. Semenjak dia melakukan gerakan parabola di depan wajah atau hadapan Nicho cowok itu langsung melarangnya saat itu juga. Vanya tentu menurut bahkan tanpa sepengetahuan kalau ia sedang sebal suka sekali melakukannya.

"Bisa nanti. Ngebet banget sih pengin nikah?!" sentak Vanya sebal. Dia juga masih ingin melakukan kegiatan remaja yang tertunda karena ujian minggu lalu. Belum berjalan satu bulan usai ujian, Nicho sudah membuatnya pening tentang nikah.

Nicho terkekeh, ia memeluk sekali lagi gadisnya ditambah dengan ciuman mesra sampai lima menit, setelahnya ia lepas. "Gak mau jauh-jauh lagi, pengin deket aja."

Vanya tergelak beberapa saat sebelum tawa keluar dari mulutnya. Vanya memukul lengan kekar Nicho yang malah membuat telapak tangannya sendiri sakit.

"K-kok tiba-tiba jadi bayi gini?"

Bukannya menjawab Nicho malah merangkul leher Vanya dan mendekatkan ke dadanya. Ia menyuruh gadisnya menyandar di sana dengan jari jemari tangannya yang aktif mengelus surai gadisnya.

"Emangnya gak boleh manja sama tunangan sendiri?" tanyanya dengan suara berat.

"Hm?" Nicho menghirup aroma khas shampo rambut gadisnya yang selalu candu bahkan mampu membuatnya hilang akal. "Damn, you got addicted me, queen."

Bagi Nicho Vanya—gadisnya—adalah ratu hatinya. Tidak ada yang bisa mengobrak-abrik isi hatinya dan mengisi ulang hatinya. Cukup Vanya tidak ada yang lain. Dan, cukup Vanya yang menjadi ratu dalam hidupnya.

Vanya tertawa. Suara tawanya membuat Nicho menggeram posesif. Untung kelas sepi kalau ramai Nicho pastikan bibir Vanya akan ia bungkam dengan bibirnya. Sangat-sangat tidak rela bila suara tawa, wajah Vanya ditonton banyaknya siswa di kelas ini.

"Aaa ... jangan bikin malu!" rengek Vanya seraya menutup setengah wajahnya. Semakin ia menekan kepala ke dada Nicho yang bidang.

Nicho mencuri ciuman kilat di bibir pink gadisnya. Ia terkekeh melihat Vanya yang termangu lantas ia kembali mencuri ciuman ditambah lumatan kecil.

"Manis," kata Nicho usai mencecap rasa bibir gadisnya. Ia mengelap bibir gadisnya yang basah dengan ibu jari.

***

Hi

Akhirnya update juga. Bulan September ini aku bakal sibuk sibuknya bangettt sama sekolah.

Kalian udah sekolah offline belum?

Maybe Nicho bakal tamat sekitar 3/4 lagi🤪💘

See u.

NICHO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang