Bab 2a

12.5K 1.5K 98
                                    

Seluruh tamu datang, memenuhi meja panjang di ruang makan. Bianca yang baru pertama kali bertemu orang-orang itu, hanya mendengarkan pembicaraan mereka. Ia mencoba menilai satu per satu dari mereka yang datang malam ini.

Pertama, kakek Orlando. Orang tua yang ramah dan bijaksana. Dari pembicaraan mereka, ia tahu kalau awal perjodohan Bella dan Orlando dari sang kakek. Yang ia belum tahu adalah, bagaimana dan di mana orang tua itu mengenal Bella serta alasannya menjodohkan cucunya. Ia akan mencari tahu pelan-pelan.

Lalu, ia mengamati mama tiri Bella yang secara otomatis adalah mamanya. Wanita yang ia tahu telah merebut sang papa dari mamanya. Dengan modal harta berlimpah, Lidia memikat papanya tidak peduli meski laki-laki itu telah punya anak dua. Lidia sendiri, janda anak satu waktu menikah dengan Osman dan dari pernikahan mereka, lahirlah satu anak perempuan. Anak pertama diberi nama Jenifer, anak kedua Jesica. Dua anak perempuan yang sama angkuhnya dengan sang mama.

Dari pihak keluarga Orlando, datang Emilia, sang mama. Wanita anggun dengan senyum ramah dan cemerlang. Lalu Sarah, kakak Orlando, dan suaminya, Nathan.  Sarah adalah wanita lembut dengan sikap sama ramahnya dengan sang mama. Sedangkan Nathan, ia merasa ada yang aneh dengan laki-laki itu karena sering kali mencuri pandang ke arahnya.

“Kamu terlalu lama di Amerika. Memangnya tidak ingin menengok istrimu yang sakit?” Jenifer, anak pertama dari Lidia berucap pada Orlando. Jemari wanita itu menyentuh lembut tangan Orlando dengan binar memuja yang tidak ditutupi.

Orlando berdehem, melirik Bianca yang menunduk dan berucap lirih. “Sedang sibuk waktu itu. Tidak bisa datang.”

“Omong kosong!” bentak Elmar, menuding cucunya. “Mana yang lebih penting? Bisnis atau nyawa istrimu?”

“Kek, sudah ada papanya yang mengurus. Lagipula, aku dikabari kalau tidak fatal keadaannya. Kakek lihat sendiri’kan?” Orlando melirik Bianca, bersikap seakan-akan kemarahan kakeknya tidak berdasar.

“Tetap saja, sikapmu tidak dibenarkan!”

“Pak, saya yang meminta Orlando agar tenang.” Osman menengahi pertengkaran di depannya. Tersenyum dan mencoba meyakinkan semua orang kalau apa yang ia katakan hal benar. “Bella baik-baik saja, meski ada sebagian memorinya yang hilang. Benarkan Bella?”

Bianca mengangguk. “Benar, aku baik-baik saja.”

“Syukurlah, tadinya kami kuatir kalau ada apa-apa dengan kamu.” Kali ini yang berucap adalah Emilia, mama dari Orloando. Wanita berambut pendek dengan wajah persegi yang kecantikannya tidak memudar di usianya yang lebih dari setengah abad.

“Orlando, bagaimana dengan pemasaran kita di sana? Ada peningkatan?” Laki-laki awal empat puluhan dengan rambut hitam dan berwajah tampan dengan kulit putih, bertanya pada Orlando.

Orlando mengangguk. “Memang, tapi ada beberapa masalah dan krisis yang perlu kita hadapi. Terutama untuk pengajuan design packing baru yang diminta oleh mereka.”

“Kita akan tingkatkan kualitas dan memberi mereka harga yang bersaing,” jawab Nathan.

“Itu harus, karena pesaing kita justru produk lokal Amerika yang aku takut justru punya kualitas melebihi barang kita.”

Percakapan Nathan dan Orlando terhenti saat sang kakek mengetuk gelasnya. “Cukup, kalian berdua. Kita sedang bersantap, bukan waktunya bicara bisnis.”

Bianca makan dengan perlahan, sementara obrolan kembali terdengar, kali ini lebih lirih. Saat tamu-tamu selesai bersantap dan sudah berpindah duduk ke ruang tengah, ia masih tertinggal di ruang makan. Membantu Hena membereskan peralatan makan. Ada banyak pelayan yang bisa melakukannya, tapi ia sedang mengulur waktu untuk berbaur dengan orang-orang itu.

Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)Where stories live. Discover now