Bab 5a

11.2K 1.6K 134
                                    

Lenguhan bercampur dengan desahan, terdengar nyaring di dalam kamar berpenerangan remang-remang. Gorden terbuka menunjukkan pemandangan malam dengan lampu-lampu yang berpendar di kota. Dua manusia di dalamnya terbakar oleh gairah, tidak menyadari betapa indah pemandangan dari atas ranjang.

“Kamu hot sekali, hah. Rasanya tidak puas memasukimu lagi dan lagi.” Si laki-laki bergerak di atas wanita yang sedang berjongkok. Tubuh keduanya bergetar, banjir keringat.

“Kita sudah melakukannya berjam-jam,” desah si wanita, mulai kelelahan.

“Memang, tapi aku belum puas.”

Si laki-laki menghentikan gerakannya, membalikkan tubuh pasangannya dan membuka paha lebar-lebar, sekali lagi ia menyatukan tubuh mereka. Satu tangan memegang pinggul dan tangan lain meremas kasar dada si wanita.

“Ah, aku lelah sekali,” desah si wanita.

“Tunggu sebentar! Jangan menyerah dulu!”

Si laki-laki terus bergerak, tangannya sesekali memukul pinggul atau pipi si wanita, tidak cukup keras tapi membuat pasangannya meringis. Tangannya mencengkeram rahang si wanita, sementara kelelakiaannya mendesak lebih dalam dan kasar. Saat pasangannya menjerit, ia menghentikan gerakannya. Memejam dan terkulai di ranjang. Deru napas keduanya terdengar keras, sementara si laki-laki memindahkan tubuhnya dari atas si wanita dan berbaring telentang dengan puas.

“Kenapa kamu ganas sekali hari ini?” Si wanita bangkit dari ranjang, meraih tisu di atas meja kecil samping ranjang dan mengelap vaginanya. Ia bangkit, melenturkan tubuh dan berusaha menyingkirkan rasa pegal. Meraih jubah untuk membalut tubuh, ia mengambil rokok dan menyulutnya. “Apa istrimu tidak bisa memuaskanmu?”

Si laki-laki mendengkus. “Kamu jelas tahu bagaimana kondisi pernikahan kami.”

“Tentu saja aku tahu karena kamu sibuk menebar sperma di luar. Pernikahan hanya status!”

“Pintar sekali, itulah kenapa aku mau bersamamu. Tidak merepotkan, dan staminamu cukup kuat.” Si laki-laki bangkit dari ranjang, menunju kamar mandi dan tak lama terdengar gemericik air.

Si wanita duduk menghadap jendela yang terbuka. Mengisap rokok dengan pikiran melayang. Ia suka bercinta dengan laki-laki itu. Gayanya yang kasar dan menggebu-gebu membuatnya takluk. Mereka masuk ke penthouse dari tadi sore dan jam sepuluh malam sudah melakukan tiga kali tanpa henti. Percintaan yang keras dan bisa dikatakan mereka saling menaklukan, mau tidak mau ia mengakui kalau kalah.

Dari pertama bertemu laki-laki itu, ia sudah suka. Wajahnya yang tampan dengan mata menyiratkan kenakalan, membuatnya tergoda. Bertemu pada suatu pesta dan dua jam kemudian, mereka bercinta di bilik kamar mandi sang tuan rumah. Peristiwa yang mendebarkan dan semenjak itu, ia selalu menuruti apa perkataan laki-laki itu.

“Sudah malam, aku tidak bisa tinggal lebih lama.”

Keluar dari kamar mandi, laki-laki itu meraih pakaian. Percikan air menetes dari tubuhnya yang setengah basah.

“Tidak bisakah kamu menginap sesekali?”

“Tidak, kamu tahu aturannya bukan?”

“Iyaa, iyaa, aku selalu kalah oleh istri sah. Padahal, yang memuaskanmu itu aku. Bukan wanita kaku itu!”

“Jangan merengek! Kita tahu pasti aturan mainnya. Tanpa rasa, tanpa cinta, hanya tubuh bertemu tubuh dan saling memuaskan nafsu!”

Si wanita mematikan rokok, melangkah gemulai ke arah laki-laki itu berdiri. Membuka jubah dan menggesekkan tubuhnya. “Yakin kamu tidak mau menginap? Aku bisa memuaskanmu berkali kali lagi.”

Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)Where stories live. Discover now