Bab 8a

10.6K 1.5K 96
                                    

Tak ada obrolan, dari orang-orang yang berada di ruang makan. Denting peralatan makan yang beradu bahkan tak cukup keras untuk didengar. Mata mereka tertuju pada layar besar televisi yang sedang menayangkan berita gosip. Ada Orlando terekam sedang menggandeng Giana di tengah kerumunan,

Sarah mengalihkan pandangan dari televisi pada mamanya. Untuk sesaat ia ingin mengatakan sesuatu lalu ditelannya kembali. Menusuk telur orak-arik dengan garpu, pikirannya tertuju pada Orlando, adik satu-satunya.

Hubungan mereka sangat dekat sebagai saudara. Sedari kecil, Orlando yang pendiam dan tak banyak cakap, suka memperhatikannya. Banyak orang mengira, ia yang lebih banyak mengalah sebagai kakak, meski pada kenyataannya tidak begitu.

“Orlando sembrono,” desis Emilia meletakkan sendok dan garpunya. “Dia sedang mengurus pekerjaan tapi malah membawa wanita itu. Bagaimana kalau para wartawan tahu dia sudah menikah?”

Nathan meraih gelas kopi dan meneguknya perlahan. Ada rona gembira yang tak disembunyikan. “Ma, Orlando jelas-jelas mencintai Giana. Kalian saja yang memaksanya untuk menikahi Bella.”

“Tetap saja! Dia harusnya lebih hati-hati. Orlando membawa nama perusahaan. Ada banyak tanggung jawab di pundaknya. Semua bisa hancur hanya karena satu wanita itu!” Emilia berucap emosi.

“Sabar, Ma. Sabaaar! Kenapa kalian tidak tanya langsung pada Orlando. Kenapa dia lebih memilih untuk memerkan pacarnya, dari pada istrinya ke publik? Bahkan, saat terakhir kami makan di sebuah perjamuan, Orlando lebih dekat dengan Giana dari pada istrinya.”

Sarah menatap suami dan mamanya bergantian. Tidak mengatakan apa pun pada mereka. Percuma ia bicara, tidak akan didengar. Ia bisa melihat, wajah Nathan yang terlihat gembira dan sang mama yang marah. Alasan dari emosi keduanya sama, yaitu Orlando.Ia meraih roti lapis dan menggigitnya. Berdecak tanpa sadar saat tekstur roti yang lezat menyentuh lidahnya.

“Sarah! Dari tadi kamu makan terus! Jaga badan!” Emilia menyentak ke arah anak perempuannya.

Sarah mengangkat wajah, menggigit kembali rotinya dengan tenang.

“Istriku memang doyan makan, Ma. Biarkan saja, itu adalah salah satu hal yang dia bisa,” ucap Nathan dengan mata berkilat.

Sarah meletakkan rotinya, meraih tisu dan mengelap mulut serta tangan. Masih tersisa setengah dan ia mendengkus kesal karena disela saat makan.

“Ma, kalau marah dengan Orlando, jangan lampiaskan padaku,” ucapnya lembut.

Emilia bersedekap, menatap anaknya sengit. “Menurutmu, Mama tidak boleh kesal? Adikmu itu sudah keterlaluan!”

Sarah mengangguk. “Memang, tapi menilik dari sikap Orlando, percuma saja kalian marah. Dia tidak akan peduli.”

“Kamu mendukung perbuatan adikmu, Sarah.” Kali ini Nathan yang berujar. Menatap istrinya dengan sinis.

“Tidak, untukku yang namanya perselingkuhan tidak pernah dibenarkan. Kamu jelas tahu itu, Sayang.” Sarah tersenyum pada suaminya. “Sebagai sesama laki-laki, kamu pasti mengerti Orlando. Terlebih, hobi kalian itu sama, berselingkuh.”

“Jangan kasar, Sarah. Tidak cocok untukmu,” jawab Nathan dengan nada sarkas.

“Ah ya, apa mungkin kamu cemburu karena wanita itu, Giana? Setahuku, kamu juga menyukainya. Kamu itu aneh, Sayang. Menyukai semua wanita yang dimiliki adikku, dari Giana sampai Bella.”

“Tutup mulutmu!” desis Nathan.

“Diam kalian berdua!” Emilia menyela perdebatan di antara anak dan menantunya. Ia menatap mereka bergantian sambil berdecak. “Kalian suami istri tapi selalu berdebat setiap kali bertemu. Nathan, jaga mulutmu. Sarah, jaga tubuhmu!”

Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)Where stories live. Discover now