Bab 18a

10.5K 1.6K 197
                                    

“Apa kamu yang mendekorasi semua ini?”

Orlando memandang takjub pada halaman sang kakek yang diubah menjadi tempat pesta megah dengan dekorasi bunga yang minimalis tapi indah. Tidak terlalu mencolok tapi menampilkan keanggunan tersendiri. Selain bunga, ada ornamen lain sebagai penghias, seperti mobil tua milik sang kakek yang terparkir di tengah tengah dan diberi pembatas rangkaian bunga.

Bianca tersenyum, tangannya menggenggam jemari Orlando. Mereka berdua memutari area pesta demi memastikan semua berjalan sesuai rencana.

“Aku hanya mengarahkan sedikit, memberi pendapatku. Selanjutnya, pihka dekorasi yang bekerja,” jawab Bianca.

“Tetap saja, idemu kreatif dan brilian.”

“Terima kasih, aku masih tahap belajar.”

“Kamu berminta jadi seorang florist? Bukan hanya menangani buket tapi juga dekorasi?”

Menganggukkan kepala, Bianca menatap Orlando. “Ada keinginan ke arah sana. Mengembangkan karir pada bunga-bunga. Apa kamu keberatan? Punya istri seorang florist?”

“Siapa bilang aku keberatan? Aku malah bangga, istriku hebat. Ngomong-ngomong, gaunmu indah sekali.”

“Terima kasih.”

Rasa bangga mengembang dalam dada Orlando, saat menatap Bianca yang terlihat sangat menawan dalam balutan gaun sutra putih yang mengembang ringan dengan ujung gaun keperakan.

“Gaunmu cantik, pas dan cocok saat kamu memakainya.”

“Lagi-lagi kamu memujiku.”

“Memuji istri sendiri apa salahnya?”

Keduanya tertawa dan untuk pertama kalinya, Bianca tidak mengoreksi panggilan ‘istri’ untuknya. Tidak dapat menyangkal kalau dalam dadanya ada getaran khusus untuk laki-laki yang sedang menggenggam jemarinya. Hari-hari berlalu, seiring berjalannnya waktu ia melihat Orlando bukan sekadar laki-laki kaya yang angkuh dan tukang perintah. Namun, lebih dari itu.  Pekerja keras, baik hati, dan sangat penyayang keluarga.

Orlando begitu memuja sang kakek. Mendengarkan apa pun yang dikatakan orang tua itu, dan jarang sekali membantah meski dia bisa melakukannya. Itu adalah salah satu hal yang membuat Bianca suka. Selain itu, juga peyayang anak kecil. Dilihat bagaimana caranya memperlakukan Marry dengan lembut dan membuat anak kecil itu justru lebih dekat dengannya dari pada sang papa.

Rasanya seperti membohongi diri sendiri kalau mengatakan dirinya tak tersentuh oleh laki-laki itu. Ia juga mengagumi cara Orlando tertawa, tersenyum, dan juga cara bicaranya yang beruba-ubah tergantung dari siapa lawannya.

Laki-laki itu bisa selembut sutra saat bicara dengan sang kakek maupun Marry, bisa tegas dan mengintimidasi saat bicara soal bisnis atau juga acuh dan bosan kala berhadapan dengan Nathan. Orlando tahu persis bagaimana harus bersikap.

“Wah, kalian seperti pengantin baru.”

Sarah muncul dalam balutan gaun biru langit, terlihat cantik dengan rambut dibiarkan tergerai dengan hiasan kuncup bunga di sela-selanya.

“Kami memang pengantin baru, ulang tahun pernikahan kami yang pertama baru bulan depan.” Orlando menatap kakak perempuanya. “Kamu cantik, Sis.”

Dengan wajah berseri-seri Sarah mengibaskan rambutnya. “Aku membiarkan Bella dan penata rambutku bermain-main dengan gaya mereka. Lihat hasilnya?”

Bianca tidak dapat menahan rasa gembira, melihat Sarah yang terlihat berseri-seri. Meski beberapa jam sebelumnya terlibat pertengkaran dengan Nathan. Ia tidak tahu apa yang mendasari pertengkaran mereka, hanya mendengar sekilas kejadian. Menurut pelayan yang tanpa sengaja ia pergoki sedang bergosip di balik tangga, keduanya kerap bertengkar bahkan nyaris setiap hari.

Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon