Bab 12a

11.1K 1.6K 86
                                    

"Kamu gilaa!" Bianca berusaha mengelak dari ciuman dan cumbuan Orlando, tapi laki-laki itu memegang erat pergelangan tangannya. "Lepaskan aku."

Orlando mengangkat wajah dan menatap Bianca tanpa senyum di wajah. "Kenapa minta berhenti, Bella? Bukankah ini yang kamu inginkan?"

"Apaa?"

"Dipuja laki-laki. Apa kamu tahu kalau seluruh mata laki-laki malam itu tertuju padamu. Bisa terbaca niat mereka yang ingin sekali menelanjangi dan menidurimu." Tersenyum simpul, Orlando meraih bagian atas gaun Bianca dan merobeknya. "Kenapa bukan aku saja yang menelanjangimu? Aku suamimu, bukan orang lain!"

Bianca memekik, saat Orlando mengikat tangannya ke tiang ranjang dengan potongan gaunnya. Ia menggeliat tapi laki-laki itu kembali menindihnya dengan posesif. Sial! Ia benci perasaan tak berdaya seperti ini. Ia tidak suka dikendalikan oleh laki-laki yang sedang marah. Namun, ia tak cukup punya tenaga untuk mengelak. Saat tenaganya sudah habis terkuras, gerakan Orlando melembut. Laki-laki itu kini duduk di samping ranjang, menatap Bianca dengan pandangan yang tak tertebak. Bias lampu kamar yang temaram, makin membuat sosoknya terlihat menakutkan. Bengis, kejam, dan angkuh, meski berwajah tampan. Perwujudan dari dewa dewa Yunani.

"Kamu mendorong kesabaranku, Bella," ucap Orlano parau. Tangan laki-laki itu kini membelai lembut tubuh Bianca.

"Lepaskan aku, kita bicara."

Secara perlahan Orlando melepaskan tangan ikatan Bianca. Jari jemarinya menyusuri rahang, leher, dan bagian atas pundak Bianca. Ia menyalurkan kemarahan melalui setiap sentuhan, berharap Biaca terbakar karenanya. Ia menurunkan jari ke sela-sela paha dan sedikit berlama-lama di sana, membiarkan Bianca terbeliak.

"Orlando ...."

"Suaramu berbeda Bella. Tidak sama seperti dulu. Suara yang dulu begitu rapuh dan pemalu, kini berubah menjadi liar dan menatang. Seoalah-olah, kamu adalah orang lain meskipun pada kenyataannya hanya hilang ingatan."

Orlando menatap mata Bella. Mengamati wanita yang menggeliat dengan tatapan marah. "Bola mata ini, juga berbeda dari sebelumnya." Orlando menyusuri garis wajah Bianca. "Tidak ada lagi sinar malu-malu, digantikan dengan semangat untuk memberontak. Siapa kamu sebenarnya, Bella?"

Bianca terdiam saat Orlando melonggarkan ikatannya. Ia terengah saat laki-laki itu kembali menindihnya, dan mencium dengan lebih lembut dari sebelumnya. Ia berusaha menutupi dadanya yang hanya berbalut bra tanpa tali tapi tidak bisa karena bibir Orlando kini mengisap putingnya.

"Apa yang kamu la-lakukan?" Ia berucap dengan dada yang terasa sesak. Lidah Orlando terasa panas di dadanya, sementara tangan laki-laki itu kini meremas lembut. Ia tidak pernah merasakan hasrat seperti ini sebelumnya. Tubuhnya memanas karena bibir dan tangan Orlando.

"Mencumbu istriku," jawab laki-laki itu serak.

Bianca terbeliak, berusaha melawan hasrat. Ia tahu, ini tidak boleh terjadi. Dirinya Bianca bukan Bella. "Orlando, dengarkan aku. Aku, bu-bukan--,"

"Bukan apa, Bella?" Orlando mengangkat bibir dari atas dada Bianca. Tangannya menyingkirkan bagian bawah gaun Bianca dan mulai membelai permukaan celana dalam.

Bianca duduk, berusaha meraih kepala Orlando tapi laki-laki itu menghindar. Ia memekik saat celana dalamnya dilepaskan dengan paksa. "Orlando, dengarkan aku. Orlando--,"

Ia melenguh, saat tangan Orlando kini bermain-main di area intimnya. Ia masih berusaha untuk mengelak, saat tangan kini digantikan oleh mulut dan bagaimana lidah Orlando bermain di sana. Rasanya bagai tersapu ombak, setiap sentuhan dan jilatan seperti meremukan dirinya. Ia tahu ini salah, tapi hasrat panas menguasainya dan membuat kepalanya terpelanting ke belakang.

Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)Where stories live. Discover now